1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Militer Suriah Kerahkan Panser dan Tank ke Daraa

Rizki Nugraha30 April 2011

Daraa kembali menjadi panggung berdarah upaya rejim Suriah menumpas perlawanan penduduk. Pemerintah berupaya meredakan ketegangan dengan jalan kekerasan. Sementara militer kembali diturunkan dengan kekuatan penuh

https://p.dw.com/p/1170i
Syrian pro-government supporters shout slogans as they carry pictures of Syrian President Bashar Assad on a government-provided tour in old Damascus, Syria, Saturday, April 30, 2011. Syrian army troops backed by tanks and helicopters on Saturday took a prominent mosque that had been controlled by residents in a besieged southern city, killing four people, a witness said. The Arabic writing reads: "Strife is worse than killing" and "your men support you." (Foto:Bassem Tellawi/AP/dapd)
Demonstrasi di Damaskus, Sabtu (30/4)Foto: dapd

Panser dan kendaraan lapis baja kembali menerobos masuk ke kota Daraa di tepi perbatasan Yordania. Daraa yang sejak beberapa pekan terakhir kembali berada dalam genggaman agen dinas rahasia dan satuan khusus itu, kini menjadi sasaran utama operasi militer rejim di Damaskus.

Rentetan tembakan dan ledakan terdengar dari kawasan kota tua. Berbagai media menulis, pasukan pemerintah menyerbu mesjid al-Omari yang enam pekan lalu menjadi tempat lahirnya gerakan protes penduduk. Imam mesjid saat ini dilaporkan sedang melarikan diri dari aparat keamanan. Putranya sebelumnya tewas ditembak oleh militer.

Setiap korban yang tewas, setiap prosesi pemakaman, semakin menambah amarah penduduk. Seorang wartawan Suriah menyimpulkan situasi di Damaskus, "Penduduk kini sangat marah karena mereka merasa dikhianati oleh Bashar Assad. Sebelas tahun lalu ia menjanjikan reformasi, tapi tidak satupun menjadi kenyataan."

"Dunia hanya bisa diam"

Menurut laporan sejumlah organisasi HAM, tindakan brutal aparat keamanan telah menelan sedikitnya 500 korban jiwa. Wartawan asing hingga kini tidak diizinkan masuk. Para pegiat HAM dan simpatisan oposisi berusaha menyebarkan informasi soal gejolak di Suriah melalui internet atau telepon genggam.

„Tuntutan kami adalah, Hak Azasi Manusia, Kebebasan dan berakhirnya pengepungan Daraa. Selain itu pemerintah harus berhenti menembaki demonstran dengan peluru tajam," tandas seorang demonstran di Daraa.

Menurut laporan saksi mata, pasukan pemerintah hari Jumat berusaha menghentikan ibadah sholat Jumat di mesjid al-Omari dengan kekerasan. Minimnya dukungan dari luar negeri membuat sebagian penduduk mulai disergap rasa frustasi. „Apa yang terjadi di sini adalah sebuah tragedi. Dan dunia, semua pemerintah dan organisasi HAM hanya bisa diam," tukas demonstran lain.

Aparat kepolisian, militer dan agen dinas rahasia saat ini dilaporkan berseliweran di jalan-jalan utama ibukota Damaskus. Pemerintah jelas berusaha menakut-nakuti warga. Menteri Dalam Negeri Adnan Mahmud mengancam akan menindak keras para pengunjuk rasa.

Kelompok Ikhwanul Muslimin untuk pertama kalinya menyerukan penduduk untuk ikut dalam aksi demonstrasi. Gerakan tersebut punya sejarah kelam dengan pemerintah Suriah. Tahun 1982 kota Hama dibuat luluh lantak oleh militer saat membasmi pemberontakan oleh Ikhwanul Muslimin. Bentrokan yang menewaskan sekitar 30 ribu orang.

Pemerintah Tawarkan Reformasi

Sebaliknya pemerintah juga berusaha menawarkan kompromi kepada kelompok oposisi. Perdana Menteri Adel Safar mengumumkan, pemerintahannya akan segera menyusun langkah reformasi di bidang politik, hukum dan ekonomi. Untuk itu, Safar akan membentuk komisi khusus yang akan merumuskan rancangan undang-undang dan amandemen konstitusi.

Dunia internasional hingga kini belum merumuskan tindakan kongkret untuk menghentikan pertumpahan darah di Suriah. Menurut Mahjoob Zweiri, pakar Timur Tengah di Universitas Qatar, satu-satunya yang bisa dilakukan oleh komunitas internasional adalah memprotes dan menerapkan sanksi ekonomi, seperti yang direncanakan oleh Uni Eropa.

Sementara itu ribuan penduduk Suriah telah melarikan diri ke negara tetangga Libanon. Namun di sana kekhawatiran semakin merajalela, bahwa Libanon akan ikut terseret gejolak di Suriah.

Ketakutan tersebut bukan tanpa alasan. Propaganda pemerintah Suriah kini juga menyasar negeri jiran tersebut. Dalam beberapa hari belakangan, Damaskus menuding politisi dan partai di Libanon ikut membantu gerakan perlawanan, yang oleh pemerintah Suriah dicap sebagai kelompok "teroris."

rn/cp/dpa/afp/rtr