1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Militer Suriah Tewaskan Puluhan Orang di Deir al-Zur

7 Agustus 2011

Liga Arab untuk pertama kalinya desak Suriah akhiri kekerasan di negerinya. PM Turki dan Sekjen PBB juga menuntut hal yang sama. Namun militer Suriah tetap melanjutkan tindakan brutalnya terhadap warga sipil.

https://p.dw.com/p/12CeI
In this image posted on the Internet by Shaam News Network, showing what they purport to be a military tank on the streets of the city of Hama, Syria, on the "third day of Ramadan", Wednesday Aug. 3, 2011. During the video smoke rises from the tank as gun fire is heard, as the military take up positions in the city square where anti-regime protests were held during recent weeks. For the past four days, Syrian troops have tightened their siege on Hama, sending residents fleeing for their lives, according to various reports from activists, with electricity and telephone lines cut off Wednesday as President Bashar Assad's regime shows no signs of halting the intense military assault against an uprising.
Hama, SuriahFoto: AP Photo / SHAMSNN

Pasukan pemerintah Suriah meningkatkan tekanan atas gerakan aksi protes terhadap Presiden Bashar al-Assad yang berlangsung sejak lima bulan ini. Hari Minggu (7/8) sedikitnya 52 orang tewas dalam serangan pasukan Assad di berbagai tempat. Seorang pria Suriah: "Tidak ada Tuhan selain Allah! Ada seorang korban tewas di sini di Homs, sekarang tanggal tujuh Agustus. Penyebabnya adalah pengeboman militer dan aparat keamanan secara membabi buta. Militer dari Bashar al-Assad. Tunggu saja Erdogan, sampai Assad suatu saat melakukan reformasinya."

A writing saying 'Welcome Ramadan, Go Away Bashar' with candles in Bennesh, near Idlib, north of Syria on July 30, 2011, prior to the first day of fasting month of Ramadan. Photo by ABACAPRESS.COM
Demonstrasi Suriah dengan lilin RamadanFoto: PA/abaca

Der al-Zur sebagai target serangan militer

Pria itu memberitakan per telepon dari Homs dan mengkritik Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan yang akan mengirimkan menteri luar negerinya ke Suriah Selasa depan (9/8) untuk mencegah Assad melanjutkan kekerasan. Langkah ini dinilai tidak cukup. Pemerintah Turki sebelumnya mempunyai hubungan erat dengan Damaskus. Namun akhir-akhir ini kritik keras semakin banyak dilontarkan Turki atas kebijakan Suriah menghadapi aksi protes. Menurut kantor berita Turki, Anadolu, Erdogan mengatakan Sabtu lalu (6/8) bahwa kesabaran Turki berkurang dan negerinya tidak dapat berpangku tangan melihat kekerasan di Suriah.

Tidak hanya di Homs, tetapi juga di daerah lain di negeri itu, militer Suriah tampaknya kembali bertindak brutal untuk menekan oposisi. Terutama Deir al-Zur, salah satu pusat aksi protes di sebelah timur Suriah, menjadi target serangan militer. Demikian dilaporkan Mussab Asawi, seorang aktivis HAM dari London yang mengaku punya kontak dengan warga Suriah. Selanjutnya kepada kantor berita AP dikatakan bahwa pada jam setengah tiga subuh hari Minggu (7/8) sekitar 250 panser dari dua arah bergerak menuju Deir al-Zur, kemudian menembaki kota itu selama dua jam. Setelahnya aparat keamanan memasuki kota. Penduduk Deir al-Zur terpaksa bersembunyi di rumahnya karena takut atas penembak jitu dan panser.

Turkish Prime Minister Recep Tayyip Erdogan speaks during a meeting in Ankara, Turkey, Friday, May 6, 2011. Erdogan looms over Turkish political life, a combative figure with a gift for oratory who talks about building a "Great Turkey" by 2023, the country's 100th birthday. Some analysts believe he wants to stay in power until then, an outsized goal that raises concerns about democracy in NATO's biggest Muslim ally.(Foto:Burhan Ozbilici/AP/dapd)
PM Turki Recep Tayyip Erdogan di AnkaraFoto: dapd

Erdogan dan Ban Ki Moon desak Suriah akhiri kekerasan

Namun laporan-laporan itu tidak dapat diperiksa oleh pihak ketiga. Tetapi dilaporkan bahwa banyak korban tewas di Suriah. Kota Hama yang diperebutkan sejak dua minggu ini, juga masih terus diduduki militer.

Sementara itu, Presiden Assad melakukan pembicaraan lewat telepon dengan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon. Ban mendesak Assad untuk segera mengakhiri kekerasan militer terhadap warga sipil. Namun imbauan itu hingga kini belum juga membawa hasil.

Sebelumnya Suriah mengumumkan akan menggelar pemilu parlemen yang bebas pada akhir tahun ini, berdasarkan UU partai yang baru diubah. Tetapi bagi oposisi ini semuanya hanya merupakan rekayasa baru dari pemerintahan Suriah. Pasalnya, konstitusi Suriah menjamin partai Baath yang berkuasa sebagai kekuatan mayoritas di parlemen.

Jens Wiening/ap/Christa Saloh

Editor: Vidi Legowo-Zipperer