1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

040110 jemen 3 terrorbekämpfung

5 Januari 2010

Kedutaan Perancis di Yaman ditutup akibat ancaman teror Al-Qaida. Sementara itu, pemerintah Yaman mengaku telah menewaskan dalang ancaman itu, menegaskan militernya hanya butuhkan dukungan teknis.

https://p.dw.com/p/LL2e
sejak bertahun-tahun militer Yaman mempatroli kawasan kedutaan Amerika Serikat di ibukota Sana'a, YamanFoto: AP

Di Sanaa, militer Yaman Senin (04/01) menyatakan telah berhasil menewaskan dua anggota Al Qaida, yang disebutnya sebagai dalang ancaman teror yang menyebabkan ditutupnya kedutaan-kedutaan asing.

Akhir pekan lalu Amerika Serikat, Inggris dan Jepang menutup kedutaannya di ibukota Sanaa. Sebelumnya jaringan Al Qaida mengaku bertanggung jawab atas upaya yang gagal untuk meledakan pesawat Amerika Serikat, Northwestern Airlines pada hari Natal lalu. Pelakunya, Umar Farouk Abdulmutallab diduga pernah mengikuti latihan paramiliter dari milisi radikal yang bercokol di Yaman.

Hari Senin (04/01), langkah ketiga negara tersebut diikuti oleh Perancis dan Republik Ceko. Ceko tak hanya mengeluarkan peringatan kepada warganya agar membatasi perjalanan ke Yaman, tapi juga menutup bagian visa dan konsuler di kedutaannya. Sedangkan Jerman dan Italia menunggu pertemuan Uni Eropa, Jumat mendatang, untuk mempertimbangkan langkah selanjutnya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton menyatakan bahwa Kedutaan Amerika Serikat baru akan dibuka lagi apabila kondisi keamanan sudah mengizinkan. Meski begitu, Amerika Serikat tidak bermaksud mengirim tentara ke Yaman.

Hal ini juga ditegaskan pakar anti teror AS, John Brennan dalam sebuah wawancara dengan televisi Fox. Dikatakannya, pemerintah Yaman telah menyatakan kesiapannya memerangi Al Qaida dan juga untuk menerima dukungan. Brennan menambahkan, Amerika Serikat hanya akan memenuhi permintaan Yaman.

Senin (04/01) permintaan itu dikemukakan Menteri Luar Negeri Yaman, Abu Bakar al Kirbi dalam sebuah wawancara dengan media Al Jazira. Ia jelaskan, “Prioritas pertama kami adalah bantuan pembangunan, kemudian kami juga membutuhkan bantuan untuk mengembangkan dan meluaskan unit anti teroris Yaman. Ini artinya pelatihan, memberikan bantuan logistik seperti transportasi, komunikasi dan yang lainnya.”

Yaman tegas menyatakan tidak menginginkan tentara asing di wilayahnya. Selain itu sudah lama mengungkapkan kebutuhannya untuk mendapatkan bantuan pembangunan.

Karte Jemen
Yaman di antara Arab Saudi dan SomaliaFoto: DW

Sebagai negara termiskin di kawasan Arab, Yaman menghadapi krisis air dan pemasukan negara yang berkurang drastis seiring mengeringnya cadangan minyak bumi yang dimiliki. Apalagi pemerintahan Yaman terus menghadapi rongrongan separatis di Selatan dan di Utara negaranya. Dengan jumlah populasi yang mencapai 23 juta orang, situasi ini serta kemiskinan yang meluas membuka peluang besar bagi kelompok radikal yang ingin merekrut anggotanya.

Serupa dikatakan Ginny Hill dari lembaga pemerhati urusan luar negeri Inggris, “pemerintah Yaman menghadapi perang saudara di kawasan utara yang berbatasan dengan Arab Saudi, kemudian menghadapi tantangan separatis di selatan. Karenanya pemerintahan menghadapi tekanan besar dan ada ancaman bahwa kelompok teroris bisa lebih mudah berkembang di dalam Yaman”

Menurut Ginny Hill, Yaman membutuhkan bantuan sebesar mungkin. Sekjen PBB, Ban Ki-moon menyatakan dukungannya atas rencana Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown untuk bulan ini menyelenggarakan konferensi mengenai anti terorisme di Yaman. Menurut jurubicaranya, Martin Nesirky, rencananya konferensi itu akan diselenggarakan tanggal 28 Januari mendatang di London.

EK/AR/DW/rtr/afpe