1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO Akan Tingkatkan Target Serangan Udara di Libya

26 Juli 2011

Serangan udara NATO di Libya untuk melindungi warga sipil Libya dari serangan pasukan Gaddafi, sudah berlangsung sekitar empat bulan. Kini NATO bidik sasaran sipil yang digunakan pasukan Gaddafi sebagai pusat komando.

https://p.dw.com/p/124d7
epa02785266 Libyans look on the rubble of a house, which was damaged by coalition air strikes, according to the Libyan government, in Tripoli, Libya, on 19 June 2011. EDITORS NOTE: PICTURE TAKEN ON A GUIDED GOVERNMENT TOUR EPA/MOHAMED MESSARA +++(c) dpa - Bildfunk+++
Serangan NATO di Libya, 19 Juni 2011Foto: picture-alliance/dpa

Jurubicara NATO, Kolonel Roland Lavoie mengungkapkan di markas besar pakta militer Atlantik hari Selasa (26/7) di Brussel bahwa pasukan penguasa Libya, Muammar Gaddafi semakin banyak menduduki bangunan yang dulunya digunakan untuk kepentingan sipil. Karena itu, ke depan NATO juga akan menargetkan serangan udaranya terhadap bangunan yang disalahgunakan oleh pasukan Gaddafi. Misalnya, kandang hewan, gudang, pabrik dan lahan produksi bagi bahan pangan.

Melalui konferensi video di Brussel, Lavoie selanjutnya mengatakan, karena pasukan Gaddafi menduduki dan menyalahgunakan fasilitas tersebut, maka mereka telah menjadikannya sebagai lahan militer untuk memimpin dan melancarkan serangan-serangan. Dengan begitu, fasilitas terkait kehilangan statusnya sebagai objek yang harus dilindungi dan kini menjadi target militer NATO yang bertugas sesuai dengan mandatnya.

Der Nato-Stern und wehende Flaggen der Mitgliedsstaaten vor dem Gebäude des Nato-Hauptquartiers im belgischen Brüssel (Archivbild vom 5.9.1995)
Markas besar NATO di BrusselFoto: dpa

Libya tidak bersedia berunding jika NATO teruskan serangan

Selasa pagi (26/) para petugas propaganda bagi Gaddafi memang telah mengajak sejumlah reporter asing yang ditugaskan di Tripoli menuju sebuah gudang di Slitan, sekitar 160 kilometer dari Tripoli yang malam sebelumnya dibom NATO. BBC menayangkan sebuah gudang yang rusak berat. Sedangkan reruntuhan lainnya dikatakan adalah puing-puing sebuah rumah sakit paru-paru. Menurut keterangan orang-orang Gaddafi, tujuh orang tewas dalam serangan itu dan tiga lainnya kena reruntuhan.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Inggris William Hague tidak menepis kemungkinan bahwa Gaddafi tetap tinggal di Libya bila ia mengundurkan diri. Rakyat Libya yang akan memutuskan nasibnya, tambah Hague seusai pertemuan dengan mitra sejabatannya dari Perancis, Alain Juppè di London, Senin malam (25/7). Namun sudah jelas bahwa Gaddafi harus mundur, ujar Menlu Inggris.

Sedangkan Perdana Menteri Libya, Al-Baghdadi Ali Al-Mahmudi mengutarakan kepada pers hari Selasa (26/7), Libya bersedia melakukan gencatan senjata dan perundingan untuk mengakhiri perang saudara dengan para pemberontak, jika NATO menghentikan serangan udaranya. Selanjutnya ditegaskan bahwa kepemimpinan Gaddafi di Libya tidak bisa diganggu gugat. Ia menambahkan bahwa ia menghormati Menlu Inggris, namun Menlu Inggris tidak punya wewenang untuk mengambil keputusan dengan mengatasnamakan rakyat Libya.

People waiting for the fuel in Eastern Libya, on March 28, 2011. Fuel shortages and endless queues are compounding during daily life in Eastern Libya, after victory of the rebels in Benghazi, Ajdabiya and Brega. Photo by Burak Akbulut/AA/ABACAPRESS.COM
Antrian di SPBU LibyaFoto: picture alliance/abaca

Persediaan bensin di Libya menipis

Sebelumnya, Mahmudi bertemu dengan utusan khusus PBB, Abdullah al-Khatib dan menuntut agar "agresi serangan udara NATO segera dihentikan". Namun, Khatib yang mengunjungi kota pusat pemberontakan di Benghazi hari Senin (25/7) tidak memberikan keterangan mengenai pembicaraannya dengan Mahmudi.

Sementara itu, persediaan bensin di Libya yang kaya akan minyak, diperkirakan akan sangat menipis. Kepada PBB di New York, pakar Libya mengungkapkan, persediaan bensin diperkirakan hanya cukup untuk dua minggu lagi, dan menyebut hal itu sebagai masalah yang serius. Biaya transpor umum meningkat tiga kali lipat yang menimbulkan dampak pada suplai medis. Di depan stasiun pompa bensin antrian panjang dan sejumlah SPBU bahkan tutup karena tidak ada bensin.

Christa Saloh/dpa/rtr/afp

Editor: Luky Setyarini