1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

141010 NATO Verteidigungsminister

15 Oktober 2010

Pertemuan menteri pertahanan dan menteri luar negeri NATO mengisyaratkan kesepakatan, salah satunya pembangunan sistem penangkis rudal di Eropa. AS dan Perancis menolak usulan Jerman mengenai perlucutan senjata nuklir.

https://p.dw.com/p/PeY8
Simbol NATO pada pagar kantor pusat di Brussel
Simbol NATO pada pagar kantor pusat di BrusselFoto: dpa

Para menteri pertahanan bersama para menteri luar negeri NATO melakukan pertemuan terakhirnya, sebelas tahun yang lalu. Ketika itulah dirumuskan konsep strategi yang berlaku hingga kini. Namun menurut Menteri Pertahanan Jerman Karl-Theodor zu Guttenberg konsep itu kini sudah tidak tepat lagi.

"Sebuah konsep strategi yang baru sangat diperlukan, karena saat ini tindakan kita berlandaskan strategi yang dibuat pada tahun 1999. Padahal dunia di banyak sisi sudah mengalami banyak perubahan, dengan tambahan banyak hal baru di mana kita harus bersiaga dan secara konseptual harus dikaji oleh NATO," ujar zu Guttenberg.

Hal yang dimaksud zu Guttenberg antara lain terorisme internasional, yang sejak lama menjadi tantangan terbesar NATO. Selain itu serangan cyber, di mana para hacker berusaha melumpuhkan jaringan komputer fasilitas industri beberapa negara.

Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen juga berusaha untuk meyakinkan negara-negara mitra untuk membangun sistem pertahanan anti rudal bersama. Padahal saat ini NATO sedang tidak punya uang. Keputusannya akan diambil para pemimpin negara NATO dalam pertemuan puncak di Lissabon November mendatang.

Rasmussen mengatakan, "Saya berharap, KTT mendatang akan menghasilkan keputusan mengenai sistem penangkis rudal. Itu akan menjadi isyarat nyata, bahwa kita siap meningkatkan kemampuan walau pun berada dalam masa sulit."

Sistem penangkal serangan rudal misalnya diharapkan akan mengatasi ancaman serangan dari dari Iran. Proyek ini masih diperdebatkan, juga di Jerman. Namun zu Guttenberg menunjukkan sikap terbuka.

"Kami menganggap penangkis rudal pada dasarnya adalah iee yang bagus, tapi kami juga yakin bahwa perlucutan senjata nuklir merupakan komponen yang penting dilakukan," katanya.

Pemerintah Jerman ingin mendorong mitra-mitranya di NATO untuk melucuti semua senjata nuklirnya. Dengan begitu Jerman juga dapat mengenyahkan semua senjata nuklir Amerika Serikat dari wilayahnya. Namun hal itu dipandang skeptis oleh sejumlah negara. Perancis misalnya khawatir, hal itu bisa mengesernya dari posisinya sebagai negara adidaya atom.

Menteri Pertahanan Perancis Herve Morin membandingkan sistem penangkis rudal dengan Garis Maginot. Garis Maginot ini merupakan rangkaian pertahanan yang dibangun Perancis untuk menangkis serangan Jerman pada Perang Dunia II. Sistem penangkis rudal tidak dapat menggantikan ketakutan yang muncul akibat ancaman serangan nuklir, demikian dikatakan Morin. Rekan sejabatnya dari Amerika Serikat Robert Gates juga tak tampak terkesan dengan usulan Jerman.

"Saya tidak melihat adanya hubungan antara sistem penangkis rudal dengan perlucutan senjata uklir. Sejumlah pembicara bahkan mengatakan, selama masih ada senjata nuklir di dunia, maka amat penting bagi NATO untuk tetap memiliki senjata atom," kata Gates.

Dalam pertemuan di Brussel, Amerika Serikat dan Sekjen NATO Rasmussen mengulangi permintaannya pada Eropa untuk meningkatkan keterlibatan militer, agar tetap menjaga kemampuan pertahanan NATO.

Selain itu dicapai kesepakatan untuk memperkecil bagian administrasi NATO. Dengan begitu, jumlah kantor NATO dan pegawainya akan dikurangi 30 persen, sementara agen perwakilan NATO dikurangi drastis, dari 14 menjadi tiga saja. Keputusan mengenai di mana saja kantor yang akan ditutup akan ditentukan kemudian.

Christoph Hasselbach / Luky setyarini

Editor: Edith Koesoemawiria