1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Negara Kami Bernama Serbia

8 Agustus 2011

Setelah konflik perbatasan dan perdagangan, delegasi Kosovo dan Serbia sepakat mengambil langkah kompromi, dimediasi KFOR. Namun ada tiga komunitas etnis Serbia di utara Kosovo yang tak menerima kesepakatan itu.

https://p.dw.com/p/12D4L
Salib di dekat barikadeFoto: DW

Perjalanan dari Pristina lewat Mitrovica ke Zvecan memakan waktu sekitar satu jam bila berkendara. Mitrovica yang terletak di utara Kosovo, dilalui Sungai Ibar. Terdapat sebuah jembatan di atas sungai tersebut yang menghubungkan sekaligus memisahkan kota tersebut. Sudah 12 tahun lamanya, jembatan ini menjadi simbol pemisahan Kosovo di utara dan selatan. Di bagian selatan kebanyakan dihuni oleh warga Kosovo keturunan Albania. Sementara di bagian utara, mayoritas penduduknya Serbia.

Kosovo Nord-Mitrovica
MitrovicaFoto: DW

Zvecan terdiri dari tiga kelompok masyarakat Serbia yang tidak mengakui pemerintahan Pristina. Rudare merupakan salah satu dari 35 desa komunitas itu. Di kawasan ini, penduduknya membangun barikade terbesar. Sudah dua pekan lamanya, mereka berdemonstrasi, tak mengakui hukum Kosovo di wilayah mereka. Di pintu masuk desa tertera plakat : Kosovo adalah bagian dari Serbia. Seorang supir taksi mengatakan kepada penumpangnya: "Bila Anda seorang Albania, saya sarankan Anda untuk tak kesana. Saya khawatir akan keselamatan Anda. Bisa jadi hal itu menimpa adik atau anak saya. Jika Anda orang asing, anda bisa terus masuk ke desa. Tapi saya takut, sesuatu terjadi pada Anda. Saya sendiri tak pernah melewati barikade itu. Saya punya alasan sendiri.“

50 meter dari barikade itu, berhimpun para pria, perempuan dan anak-anak di tenda-tenda. Barikade itu sendiri terdiri dari mobil-mobil, kran, ban-ban mobil dan gundukan pasir. Di depannya terdapat salib logam setinggi 7 meter. Seorang pengusaha swasta Dobrivoje Milicevic mengatakan : "Semua yang disini datang dari Zvecan dan Mitrovica dan tak akan menyerah. Kami punya salib sebagai simbol tekad kami.“

Caslav Sofronijevic, Bürgermeister von Rudare
Caslav SofronijevicFoto: DW

Aksi protes Serbia dimulai tanggal 27 Juli. Kemudian semakin memanas setelah bentrokan dengan pasukan keamanan yang menewaskan polisi Kosovo keturunan Albania. Polisi itu merupakan anggota pasukan khusus yang mencoba untuk mengambil alih kendali di penyebrangan perbatasan Brnjak dan Jarinje.

Kepala pemerintahan Rudare, Caslav Sofronijevic mengatakan : "Sangat disayangkan jatuhnya korban polisi Albania. Ia juga punya anak dan keluarga. Tentu ini tak baik. Namun kenapa perdana menteri Hashim Thaci mengorbankan seseorang seperti dia? Dia mengetahui bahwa tak dapat mengirimkan pasukan khusus ke sini, karena warga Serbia di sini tak dapat menerimanya. Kami memiliki institusi sendiri, negara sendiri, namanya Serbia. Mereka tak dapat memaksa kami untuk berintegrasi dengan sistem Kosovo, baik lewat kekerasan senjata, pasukan khusus maupun lainnya. Ini seperti seseorang mengambil anak dari ibunya dan mengatakan ibu tiri kamu lebih baik dari ibumu sendiri.“

Kosovo Serbische Barrikaden in Nord-Mitrovica
Barikade di MitrovicaFoto: DW

Di atas bukit di Zvecan, tampak helikopter KFOR berpatroli di udara. Menteri Serbia untuk Kosovo, Goran Bodganovic dan kepala perundingan Serbia Borislav Stefanovic mencapai kesepakatan dengan komandan pasukan penjaga perdamaian di Kosovo KFOR Erhard Bühler, pada hari Jumat lalu. Kesepakan itu berisi, hingga pertengahan September mendatang, KFOR-lah yang akan menjaga perbatasan. Oleh sebab itu, barikade di utara Kosovo harus dienyahkan.

Namun para pemrotes Serbia di barikade itu tak kunjung menyerah. Mereka menolak seruan Bodganovics dan Stefanovics. Apakah barikade itu akan dibongkar, akan diputuskan para walikota tiga komunitas Serbia itu Selasa ini.

Serbia melarang impor dari Kosovo, sejak Kosovo memerdekakan diri dari Serbia tahun 2008. Pemerintah Serbia dan etnis Serbia di Kosovo hingga kini tak mengakui pemerintahan di Pristina.

Ajete Beqiraj / Purwaningsih

Editor : Pasuhuk