1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Negara-Negara Arab Perpanjang Ultimatum Qatar 48 Jam

3 Juli 2017

Arab Saudi dan sekutunya memperpanjang ultimatum untuk Qatar dalam menanggapi daftar tuntutan mereka. Kuwait meminta penundaan itu sebagai bagian dari upaya penengahan.

https://p.dw.com/p/2fo9o
Grenze Katar / Saudi-Arabien
Foto: Getty Images/AFP/K. Jaafar

Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Bahrain yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar 5 Juni lalu dan menutup perbatasan darat (foto artikel), mengumumkan perpanjangan ultimatum sampai 48 jam. Sebelumnya, keempat negara itu mengeluarkan 13 butir tuntutan kepada Qatar untuk mengakhiri krisis diplomatik dan memberi waktu sampai hari Mingggu (2/7).

Pernyataan bersama yang dikeluarkan Senin pagi (3/7) itu menyebutkan, mereka menunggu tanggapan Qatar dan memberi batas waktu sampai Selasa malam atau Rabu dini hari. Keempat negara tersebut memutuskan hubungan dengan Qatar karena tuduhan mendukung ekstremis dan hubungan terlalu dekat dengan Iran.

"Jawaban keempat negara kemudian akan dikirim setelah melakukan kajian atas tanggapan dan penilaian pemerintah Qatar terhadap keseluruhan tuntutan," demikian disebutkan dalam pernyataan tersebut.

USA Außenminister Tillerson trifft Amtskollegen Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani aus Katar
Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani (kiri) bertemu dengan Menlu AS Rex Tillerson di Washington, 27 Juni 2017Foto: Reuters/Y. Gripas

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan pembicaraan lewat telepon dengan pimpinan Qatar, Tamim bin Hamad Al Thani, Raja Salman dari Arab Saudi dan Mohammed bin Zayed Al Nahyan, putra mahkota Abu Dhabi.

Gedung Putih mengatakan, Trump mengulangi pentingnya menghentikan pendanaan teroris dan melawan ideologi ekstremis sekaligus mendesak persatuan. Menurut kantor berita resmi Qatar News Agency, pembicaraan Emir Tamim bin Hamad Al Thani dengan Trump menyinggung tentang pentingnya memerangi terorisme dan ekstremisme dalam segala bentuk dan sumbernya. Ini merupakan kesempatan bagi negara-negara terkait untuk meninjau kembali hubungan strategis dan bilateral mereka.

Katar US-Truppen und katarischen Truppen bei gemeinsamen militärischen Übungen
Pasukan Amerika Serikat dan Qatar melakukan latihan bersama di Teluk Arab, 16 Juni 2017Foto: Reuters/N. Zeitoon

"Qatar bukanlah negara yang mudah ditekan oleh siapapun. Kami siap untuk membela negara kami. Saya berharap bahwa kita tidak sampai pada tahap, di mana sebuah intervensi militer dilaksanakan," kata Menteri Pertahanan Qatar Khalid bin Mohammed al-Attiyah kepada stasiun siaran Sky News.

Qatar saat ini menampung sekitar 10.000 tentara Amerika di Pangkalan Udara al-Udeid. Pangkalan militer berfungsi sebagai markas besar Komando Pusat AS dalam menjalankan operasi-operasi militer melawan ISIS dan perang di Afghanistan.

Menteri luar negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, ketika berada di Roma, Italia, hari Sabtu (1/7) menandaskan, tuntutan yang diajukan keempat negara Arab itu tidak pernah dimaksudkan untuk diterima. Dia menegaskan, negaranya "siap menghadapi konsekuensi apapun."

Katar | Militärparade in Katar
Parade militer angkatan bersenjata QatarFoto: picture-alliance/Photoshot

Di Roma, Al Thani bertemu dengan Menteri Luar Negeri Italia Angelino Alfano, yang memberikan dukungan terhadap upaya mediasi yang sedang berlangsung di bawah pimpinan Kuwait.

Menlu AS Rex Tillerson pekan lalu juga mengupayakan penyelesaian sengketa diplomatik itu dan mendesak Arab Saudi dan sekutunya agar tetap "terbuka untuk bernegosiasi" dengan Qatar.

Presiden Rusia Vladimir Putin secara terpisah melakukan pembicaraan dengan pimpinan Qatar dan Bahrain dan mendesak dialog langsung di antara semua negara-negara yang terlibat dalam sengketa, demikian disebutkan dalam sebuah pernyataan yang dirilis pemerintah Rusia hari Sabtu (1/7).

hp/vlz (ap, afp, rtr)