1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Negara Otoriter Ancam Kebebasan Internet

Sean Sinico13 Maret 2013

Iran dan Cina kembali muncul sebagai 'Negara Musuh Internet' menurut Reporters Without Borders. Para blogger dari kedua negara bercerita kepada DW mengenai filter dan sensor online.

https://p.dw.com/p/17vdi
Foto: fotolia/mezzotint

Rezim otoriter terus melancarkan pengawasan dan sensor terhadap media serta aktivis. Kelompok hak asasi manusia Reporters Without Borders (RSF) menyebut Bahrain, Cina, Iran, Suriah dan Vietnam sebagai “Negara Musuh Internet,” pada hari Selasa (12/03/13), bertepatan Hari Melawan Sensor Dunia Maya.

RSF menganggap pemerintah kelima negara tersebut “terlibat pengawasan secara aktif dan intrusif terhadap penyedia berita, berujung pada pelanggaran berat atas kebebasan HAM dan informasi."

"Sensor dan pengawasan dunia maya yang terus meningkat membahayakan model internet yang menjadi visi pendiri internet: internet adalah tempatnya kebebasan, pertukaran informasi, konten dan opini, tempat yang menghancurkan garis-garis pembatas," tegas LSM yang berbasis di Paris itu.

Revolusi Online Cina

Cina saat ini memenjarakan 30 jurnalis dan 69 aktivis online. Jumlah terbanyak dibandingkan negara lain di dunia. Pemerintah Beijing secara aktif terlibat dalam sensor, filter, dan monitor komunikasi online untuk informasi yang dianggap sensitif.

Hu Yong: Mikroblogging kritis bagi Cina
Hu Yong: Mikroblogging kritis bagi CinaFoto: DW

Namun di balik pengawasan dan sensor internet di Cina yang dikenal dengan nama “the Great Firewall,” ada sebuah “revolusi dalam forum user-generated dan interaktif, layanan hos video, jejaring sosial, blog dan mikroblog," menurut Hu Yong, seorang profesor dari Universitas Peking University dan anggota juri The Bobs, penghargaan tahunan DW untuk aktivisme online.

“Mikroblogging untuk pertama kalinya menjadi suara bagi jutaan warga Cina yang tidak tercemar dikte negara serta propaganda partai dan menerima berita serta komentar tanpa filter dari jutaan warga internet. Dan meski suka terganggu dan diblokir, sulit untuk menghentikan mikroblogging secara keseluruhan," ungkapnya kepada DW.

'Internet Halal' di Iran

Pemerintah Iran bertahun-tahun memonitor dan menyensor internet, hingga mengungkapkan rencana membuat 'Internet Halal' bagi warga.

Abadpour menyebut sensor online sebagai penyakit yang harus diobati
Abadpour menyebut sensor online sebagai penyakit yang harus diobatiFoto: DW

“Situs mode, kuliner dan musik di Iran kerap diblokir. Begitu juga dengan situs berita oposisi dan independen," jelas RSF.

Sensor dan filter internet dari pemerintah Iran sebagian dimotivasi kekhawatiran atas implikasi kebebasan informasi, menurut Arash Abadpour, seorang blogger Iran yang tinggal di Kanada dan anggota juri The Bobs.

“Pemerintah Iran takut terhadap internet, dan oleh sebab itu mereka membatasi investasi bagi infrastruktur internet," tandasnya kepada DW.

Dalam sebuah laporan riset, Abadpour dan rekannya Collin Anderson menulis, "Jurnalis, aktivis sosial, oposisi politik dan warga awam secara rutin ditangkapi dan disidang atas tuntutan seperti 'meremehkan keamanan nasional' dan 'mengganggu ketertiban publik' setelah bersuara melawan status quo."