1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Nigeria Gagal Hadapi Boko Haram

Philipp Sandner2 November 2012

Dalam perang melawan kelompok islamis, Nigeria dianggap menggunakan metode yang salah dan hanya memperuncing konflik. Tuntutan solusi dengan jalan damai seakan tidak didengar.

https://p.dw.com/p/16bw1
Foto: AFP/Getty Images

Nigeria masih bergolak. Serangan kelompok fundamentalis Islam Boko Haram kerap menjadikan wilayah utara negara itu sebagai sasaran. Padahal mulanya ini hanya konflik agama. Boko Haram berarti 'Pendidikan Barat Terlarang' yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Nigeria dan mendirikan sebuah negara Islam. "Di satu sisi kita berurusan dengan organisasi teror", jelas Lucy Freeman dari Amnesty International. "Di lain pihak, ada pasukan keamanan, polisi dan militer". Mayoritas warga terjebak diantaranya dan menderita akibat kekerasan kedua pihak. Ini berdasarkan laporan Amnesty International mengenai gelombang kekerasan di Nigeria yang dipublikasikan Kamis (1/11).

Baru beberapa hari yang lalu kembali terjadi serangan terhadap gereja. Insiden ini kembali mematahkan upaya dialog. Pelaku meledakkan diri Minggu (28/10) dan menewaskan tujuh orang. Padahal dua hari sebelumnya, perayaan Idul Adha sempat menyatukan warga sipil. "Kami berpesta bersama", ujar Imam Muhammad Nuraini Ashafa, "tidak hanya umat Muslim, melainkan juga teman-teman Kristen kami." Serangan terhadap gereja St. Rita membayangi keberhasilan tersebut. Boko Haram diduga berada dibalik serangan itu. Para pengamat menduga, kelompok tersebut ingin mensabotase upaya dialog antar agama di Nigeria.

Bombenanschlag in Kaduna
Tentara gagal cegah serangan bom di KadunaFoto: AFP/Getty Images

Upaya pemerintah

Amnesty International juga menyalahkan pemerintah. "Sebelum situasi membaik, harus berhenti dulu membuatnya lebih parah", kata Freeman. Laporan ini juga mengungkapkan, bahwa pasukan keamanan dan kesatuan khusus pemerintah menangkap banyak warga tanpa tuduhan yang jelas. Hukuman mati yang tidak diproses pengadilan juga kerap terjadi. Yahaya Shinku, bekas mayor militer Nigeria, terkejut dengan sikap pemerintah. "Setelah serangan terjadi, tidak ada pelaku yang diajukan ke pengadilan. Tidak ada yang tahu apa yang dilakukan pemerintah."

Kadang umat Kristen yang mencoba menghancurkan gereja dan umat Muslim ditangkap di mesjid sambil membawa bom. "Warga bertanya-tanya apakah pemerintah di Abuja turut campur tangan, karena mereka tidak ingin utara Nigeria menjadi stabil?" Karena perpecahan agama menguntungkan pemerintah. Menurut Shiku, "Jika tidak ada kerjasama antara umat Muslim dan Kristen di utara, maka pemerintah bisa dengan mudah mencapai keinginannya." Dengan kata lain, jika umat Kristen merasa terancam di utara, mereka akan memihak pada Presiden Goodluck Jonathan, yang adalah umat Kristen dari wilayah selatan Nigeria.

Goodluck Jonathan Nigeria, Kano Bombenanschlag
Presiden Goodluck Jonathan mencoba berdialogFoto: picture-alliance/dpa

Dialog yang terlupakan

Sudah lama Nigeria mencoba mengatasi konflik dengan kekerasan senjata, kata Shinku. Padahal ada upaya alternatif. Berulang kali pemerintah membentuk komisi untuk meminta masukan warga di wilayah utara. Namun, hasil penyidikan tidak didengar di Abuja. "Ada sekitar lima komisi dengan hasil yang sama. Pemerintah seharusnya berdialog dengan partai yang berkonflik."

Sementara itu Imam Ashafa di Kaduna berupaya meredam kehancuran. Bersama dengan pendeta James Wuye ia mengkoordinir Pusat Mediasi Antar Keyakinan. Namun, selama pemerintah tidak menunjukkan sikap tegas, bahwa mereka benar-benar menginginkan solusi damai, upaya semacam itu tidak ada gunanya.

DW_Nigeria_Integration2
Apakah Presiden Nigeria gunakan cara yang salah?Foto: Katrin Gänsler