1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama di Australia

16 November 2011

Kunjungan Obama ke Australia menandai 60 tahun kerjasama militer AS dan Australia, dan dipererat dengan penempatan pasukan AS di Australia Utara.

https://p.dw.com/p/13BUy
Foto: dapd

Perdana Menteri Australia Julia Gillard dan Presiden AS Barack Obama mengumumkan kerjasama keamanan yang lebih erat hari Rabu (16/11) di Canberra. Diawali dengan penempatan sekitar 250 marinir di markas militer Darwin pada tahun 2012, dan penambahan jumlah personil secara bertahap hingga mencapai 2.500 orang. Demikian ungkap Gillard dalam konferensi pers bersama di ibukota Australia.

Menerangkan lebih lanjut, Obama mengatakan bahwa peningkatan pasukan AS di Asia Pasifik memungkinkan AS untuk lebih baik merespons bencana alam dengan bantuan kemanusiaan, serta ancaman konflik kawasan. Tuturnya, “Asia Pasifik merupakan kawasan yang luas dan sangat menguntungkan apabila kami bisa bertindak cepat.”

Markas militer di kota Darwin di Australia terletak kurang dari 850 km dari Indonesia. Dengan kerjasama baru ini, Amerika Serikat akan memiliki markas militer di tiga lokasi Asia Pasifik. Dua markas lainnya berada di Korea Selatan dan Jepang. Tak heran bahwa Cina menanggapi kerja sama ini dengan sensitif.

Kepada kantor berita AP, jurubicara kementrian luar negeri Cina, Liu Weimin menyatakan, peningkatan aliansi militer tidak begitu pantas dan mungkin bukan demi kepentingan negara-negara kawasan. Lebih positif Beijing juga menegaskan, Cina percaya bahwa kerjasama dan pembangunan yang damai merupakan trend politik luar negeri negara-negara di kawasan Asia Pasifik, terutama menghadapi perkembangan ekonomi yang semakin tersendat.

Amerika tidak menutupi keberadaannya yang menyangkut isu keamanan Asia Tenggara. Komandan Angkatan Laut AS di Pasifik, Admiral Robert F. Willard, sebelumnya menggambarkan Laut Cina Selatan sebagai kawasan perairan penting dan merupakan salah satu nadi perdagangan global. Ungkapnya, “Laut Cina Selatan sangat penting bagi kawasan dan secara ekonomis merupakan kepentingan nasional bagi Amerika Serikat, yang mana kami harus menjaga keamanan dan perdamaian di kawasan ini.”

Bagi Amerika Serikat, lebih 5 trilyun dollar nilai perdagangan menggunakan jalur perairan Laut Cina. Sementara selain Cina, juga Vietnam, Filipina, Taiwan, Malaysia dan Brunei mendaku wilayah itu sebagai hak milik. Persaingan antara negara-negara ini kerap menyebabkan ketegangan tersendiri.

Obama yang disambut dengan salvo tembakan penghormatan 21 senapan, tampak berusaha menenangkan situasi, tanpa menunjukkan sikap gentar. Tegasnya, Amerika Serikat tidak tengah mengepung Cina, maupun berupaya menyisihkan negara itu dari perdagangan di Asia Pasifik.

"Kunjungan saya ke wilayah ini menegaskan peningkatan komitmen Amerika Serikat terhadap seluruh kawasan Asia Pasifik”, begitu ungkap Obama di Canberra. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton yang saat ini berada di Manila menyatakan bahwa AS akan mendukung Filipina dan Thailand yang tengah menghadapi dampak bencana banjir.

rtr/afp/ap/Edith Koesoemawiria
Editor: Andy Budiman