1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obsesi Nuklir Pakistan

Shamil Shams11 April 2013

Pakar nuklir Pakistan Abdul Qadeer Khan membantu Korea Utara mengembangkan teknologi senjata nuklir. Ia pernah menjadi Ketua Program Nuklir Pakistan.

https://p.dw.com/p/18D8S
Feb, 6, 2009, Abdul Qadeer Khan waves outside his residence in Islamabad, Pakistan. (ddp images/AP Photo/B.K.Bangash)
Abdul Qadeer KhanFoto: AP

Pakar nuklir Pakistan Abdul Qadeer Khan tahun 2004 mengaku telah menjual rahasia tentang pengembangan senjata nuklir kepada Korea Utara. Khan pernah menjadi Kepala Program Nuklir Pakistan. Menurut para ahli, tanpa bantuan Khan, Korea Utara mungkin belum mampu melakukan uji coba nuklir.

Di ajang internasional, Abdul Qadeer Khan adalah tokoh kontroversial. Tapi di Pakistan ia dipuja oleh banyak orang dan disebut sebagai ”Bapak Bom Atom Pakistan”.

Khan dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Program Nuklir tahun 2001 oleh presiden Pakistan saat itu, Pervez Musharraf. Karena menjual rahasia nuklir kepada Korea Utara dan Iran, tahun 2004 ia dikenakan tahanan rumah.

Tahun 2009, sebuah pengadilan di Islamabad membebaskan Abdul Qadeer Khan. Ia kini terjun ke politik mempersiapkan diri mengikuti pemilihan parlemen 11 Mei mendatang.

Sehubungan tidak stabilnya situasi politik di Pakistan, banyak pihak khawatir senjata atomnya bisa jatuh ke tangan teroris. Apalagi makin sering terjadi serangan kelompok jihad di negara itu. Tapi pemerintahan sipil Pakistan dan pihak militer berulangkali menegaskan, senjata nuklir berada di tempat yang aman.

Pakistan, yang melakukan uji coba nuklir tahun 1998, memang sedang berjuang mengatasi serangan kelompok militan Islam. Kelompok ini tidak hanya menyerang target sipil. Mereka juga beberapa kali menyerang sarana militer. Apakah program senjata nuklir Iran benar-benar aman?

”Program nuklir tidak pernah aman. Di satu pihak, media di barat memang terlalu berlebihan dalam pemberitaan seputar bom atom Pakistan. Di pihak lain "memang ada kekhawatiran”, kata jurnalis dan peneliti Pakistan, Farooq Sulehria kepada DW. ”Ada isu talibanisasi militer Pakistan. Apa yang akan terjadi seandainya kelompok radikal menguasai aset nuklir?”

Obsesi Nuklir dan Jihad

Tidak hanya kelompok militan Islam yang punya obsesi memiliki senjata nuklir. Kelompok moderat di Pakistan juga mendukung senjata nuklir, terutama dalam retorika mereka melawan musuh bebuyutannya India. Kebanyakan rakyat Pakistan percaya bahwa senjata atom ”penting” untuk negara mereka.

”Bom atom adalah perlindungan kami. Itu menjamin kedaulatan kami. Tidak ada orang yang berani menyerang Pakistan, selama kami punya bom ini. Itu sebabnya Amerika Serikat, India dan negara-negara barat lain berkonspirasi menentangnya”, kata Abdul Basit, mahasiswa di Karachi University.

Banyak orang yang melihat bom atom Pakistan sebagai jaminan untuk berhadapan dengan India, yang juga memiliki senjata atom. India dan Pakistan sudah tiga kali berperang. Tapi menurut Farooq Sulehria, obsesi senjata atom Pakistan lebih sering dimanfaatkan untuk politik dalam negeri dan bukan untuk menghadapi ancaman dari luar. ”Politisi menggunakan retorika nuklir untuk menyenangkan publik”, katanya.

Sulehria menerangkan, Abdul Qadeer Khan populer di Pakistan karena bom nuklirnya sesuai dengan doktrin jihad. Sejak 1980an, jihad mulai populer di Pakistan. Walaupun begitu, Khan belum punya peluang besar di dunia politik. Bahkan para pendukungnya tidak yakin ia akan sukses dalam pemilu mendatang.