1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oom Liem dan Bisnis Orde Baru

12 Juni 2012

Liem Sioe Liong, konglomerat yang pernah menjadi orang paling kaya di Indonesia dan Asia Tenggara. Ia meninggal hari Minggu (10/06) di Singapura pada usia 95 tahun. Liem adalah metafora dunia bisnis orde baru.

https://p.dw.com/p/15Cem
Ibukota Jakarta adalah pusat kegiatan ekonomi IndonesiaFoto: DW

Pertengahan Juni, Liem Sioe Liong meninggal dunia.

Oom Liem, begitu orang sering memanggilnya, adalah bekas orang paling kaya di Republik. Ia membangun kerajaan bisnis dari hulu hingga hilir: menguasai bisnis makanan hingga perbankan.

Liem Sioe Liong adalah matafora sempurna tentang ekonomi Indonesia pada masa Soeharto berkuasa.

Ia dan Soeharto adalah sahabat karib. Mereka ibarat dua sisi dari satu mata koin bernama orde baru. Sebuah orde ketika ketertiban dan pembangunan menjadi mantra sakti.

Soeharto percaya, pembangunan ekonomi hanya bisa berjalan lewat sebuah tatanan politik yang tertib. Dan ia memilih memerintah dengan tangan besi.

Sementara Liem Sioe Liong mengambil peran sebagai motor pembangunan lewat dunia bisnis.

Orde baru tidak memberi kesempatan yang sama kepada seluruh pelaku ekonomi. Mereka menyeleksi: siapa boleh menjalankan bisnis apa. Oom Liem dan beberapa pengusaha mendapat konsesi: mulai dari proyek pemerintah hingga paket aturan yang memberi kemudahan dalam menjalankan bisnis.

Sebuah hubungan yang tidak gratis tentunya. Sebagai imbalan, para pengusaha yang mendapat kemudahan itu memberikan dukungan finansial kepada para pejabat negara dan mesin politik orde baru.

Kapitalisme kroni yang dijalankan orde baru, tidak memberi kesempatan yang sama kepada semua pemain untuk bertanding secara fair dalam arena bisnis.

Tatanan yang hanya terbukti menghasilkan kelas pengusaha manja yang selalu minta proteksi dan terbiasa dengan praktek suap yang korup.

Andy Budiman