1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Opel Mendominasi Pertemuan Merkel-Medvedev

14 Agustus 2009

Pembunuhan terhadap aktivis HAM Rusia di Chechnya tak pelak akan membayangi pertemuan antara Angela Merkel dan Dimitri Medvedev. Tapi buat sang kanselir yang sedang berkampanye, tema ekonomi lebih mendesak untuk dibahas

https://p.dw.com/p/J9xM
Bundeskanzlerin Angela Merkel, rechts, und der russische Praesident Dmitri Medwedew, links, sprechen am Donnerstag, 16. Juli 2009, bei den elften deutsch-russischen Regierungskonsultationen auf Schloss Schleissheim bei Muenchen, Bayern, waehrend einer Pressekonferenz. (AP Photo/Matthias Schrader) German Chancellor Angela Merkel, right, and Russian President Dmitry Medvedev, left, speak during a news conference during a meeting of the German and Russian governments at the Schleissheim Palace in the suburbs of Munich, southern Germany, Thursday, July 16, 2009. (AP Photo/Matthias Schrader)
Angela Merkel dan Dimitri Medvedev seusai forum konsultasi Rusia-Jerman, Juli 2009 di istana Schleissheim, München.Foto: AP

Semuanya tampak nyaris serupa seperti tahun lalu. Terik matahari yang menyengat bersambut riuh ratusan wisatawan yang berjemur di tepi pantai. Sochi yang berbatasan langsung dengan wilayah konflik Abkhazia sedang merayakan datangnya musim liburan.

Namun kali ini ada yang berbeda. Karena kini Presiden Rusia Dimitri Medvedev di kediaman musim panasnya akan menyambut seorang Angela Merkel yang bersuasana hati jauh lebih baik ketimbang setahun sebelumnya.

Tahun lalu, cuma beberapa minggu pasca berakhirnya perang Kaukasus, pertemuan antara keduanya meski cuaca yang panas berlangsung dingin. Sang kanselir dan presiden bahkan enggan menatap satu sama lain. Keduanya bersikeras pada posisi masing-masing mengenai konflik seputar provinsi Georgia Osetia Selatan dan Abkhazia.

"Dan selebihnya saya yakin, bahwa dalam konflik yang rumit semacam ini jarang cuma ada satu pihak yang salah..." tandas Merkel saat itu.

Saat ini pertanyaan mengenai siapa dalang perkara dalam perang Kaukasus untuk sementara dibiarkan tak terjawab, meskipun konflik masih berlangsung dan solusi mengenai Abkhazia dan Osetia Selatan masih belum ditemukan. Namun masalah terbaru di kampung halaman tampaknya lebih mendesak.

Angela Merkel sedang berada di tengah-tengah masa kampanye dan membutuhkan bantuan Rusia untuk mengentaskan dua masalah perekonomian Jerman. Yang pertama adalah penjualan Opel. Sebagian besar pejabat pemerintahan di bawah Merkel sejak lama memprioritaskan tawaran Magna Steyr.

Produsen perlengkapan mobil asal Austria dan Kanada itu menggandeng bank Rusia Sberbank dan produsen mobil Rusia Gaz untuk membeli saham Opel. Rencana tersebut mendapat sambutan dari Medvedev.

"Kami memiliki sederet ide-ide baru dan juga tugas bersama untuk mengatasi krisis keuangan. Kami akan mengupayakan segalanya untuk merealisasikan rencana tersebut," ujarnya dalam pertemuan terakhir di München.

Kamis lalu (13/08) Magna mengumumkan selangkah lebih maju dalam mewujudkan rencana pembelian Opel. Sebaliknya General Motors induk perusahaan yang menaungi Opel, bersikap menahan diri. Pun tawaran baru Magna dan kesepakatan lainnya harus diuji terlebih dahulu, begitu komentar yang muncul dari Detroit.

Pembahasan juga diyakini akan mengarah pada proyek keduam, yakni menyelamatkan galangan kapal Wadan di Mecklenburg-Vorpommern yang terkena imbas krisis. Kepala Direksi Gazprom Igor Yussufov sebelumnya berencana mengambil alih galangan tersebut. Menurut kabar yang beredar, pihak gazprom telah berunding dengan Wadan mengenai harga.

Merkel seperti juga pengamat ekonomi di Jerman ingin menguji seberapa serius investor dari Rusia dengan rencananya tersebut. Pasalnya janji kosong investasi pernah terungkap melalui pendahulu Medvedev, Vladimir Putin.

Tapi di luar itu semua Merkel tentunya akan tetap melemparkan pertanyaan kepada Medvedev, mengenai apa yang akan dilakukannya sehubungan dengan pembunuhan terhadap seorang aktivis HAM Rusia di Chechnya. Kata-kata saja, demikian ditekankan Merkel, tidak akan pernah cukup.

Christina Nagel/Rizki Nugraha

Editor: Asril Ridwan