1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oposisi Suriah Minta Intervensi Internasional

9 September 2011

Selama ini oposisi Suriah menolak intervensi Internasional. Tapi sikap itu sudah berubah. Hari Jum'at (09/09/2011) mereka menggelar demonstrasi dengan slogan "Jumat untuk Perlindungan Internasional".

https://p.dw.com/p/12WSK
In this citizen journalism image made on a mobile phone and provided by Shaam News Network, Anti-Syrian President Bashar Assad protesters, hold a banner during a demonstration against the Syrian regime, at Kfar Nebel village, in Edlib province, Syria, on Friday Sept. 2, 2011. Syria faced international calls for tougher sanctions as anti-government protesters vowed Friday they will choose death over humiliation at the hands of the regime. (AP Photo/Shaam News Network) EDITORIAL USE ONLY, NO SALES, THE ASSOCIATED PRESS IS UNABLE TO INDEPENDENTLY VERIFY THE AUTHENTICITY, CONTENT, LOCATION OR DATE OF THIS HANDOUT PHOTO
Oposisi Minta Dunia Intervensi SuriahFoto: AP

Itu bukan tabu, dan kini sudah ada tanda-tanda awal bahwa oposisi untuk pertama kalinya akan meminta bantuan internasional. Mereka meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB, untuk mengirim pengamat, membuka akses bagi media internasional, dan perlindungan atas masyarakat sipil. Pertanyaannya: akankah pemerintah Suriah menolak tekanan ini? Meski dengan resiko sanksi lanjutan: seperti zona larangan terbang?

Ahli Timur Tengah dari Brookings Institute, Shaikh Salman berharap "Kami ingin melihat sebuah reaksi koalisi internasional, regional dan Arab, untuk memberi tekanan lebih untuk melindungi rakyat sipil sebagaimana yang terjadi di Libya”.

Hingga kini, tak ada satupun negara, yang bertindak lebih jauh, dari sekedar menyampaikan kecaman verbal atas kekejaman rejim Assad. Sejauh ini sanksi berupa larangan perjalanan bagi lingkaran dekat Assad, pembekuan rekening Suriah di luar negeri dan embargo minyak oleh Uni Eropa adalah senjata yang paling ampuh terhadap Damaskus. Setelah Amerika dan Uni Eropa, Jepang kini juga ikut membekukan rekening para politisi di sekitar Assad.

Kelompok oposisi tahu bahwa rezim Assad sensitif terhadap asing. Rezim mencap oposisi sebagai pengkhianat, karena telah mengundang intervensi dunia. Meminta PBB mengirim pengamat internasional tentu sebuah langkah awal, meski bagi wartawan Timur Tengah Mouin Rabbani, kemungkinan itu kecil.

Dia mengatakan "Tidak ada banyak ruang bagi sebuah intervensi internasional yang efektif. Suriah sudah terisolasi tidak hanya secara internasional tapi regional untuk lebih dari dua dekade. Jadi betul-betul hanya ada sedikit kemungkinan bahwa kekuatan regional maupun internasional akan masuk ke sana, dan kelihatannya tidak ada keinginan untuk melakukannya. Jadi untuk ke depan kelihatannya ini hanya akan dianggap sebagai masalah dalam negeri Suriah.”

Sahabat dekat rejim Assad, yakni Iran telah meminta pemerintah Suriah membangun dialog dengan kelompok oposisi. Namun, Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad telah menegaskan negaranya tegas menolak campur tangan asing di Suriah. Dukungan juga datang dari Rusia. Meski mengkritik Damaskus terlalu keras kepada oposisi, namun Moskow tetap memanggil rejim Assad dengan sebutan teman.

Hingga kini, rejim Assad terus melanjutkan represi kepada oposisi. Mereka kembali melakukan operasi militer besar ke wilayah Homs. Para aktivis mengklaim sedikitnya empat orang tewas pada hari Jumat.

Kelompok oposisi sejak beberapa waktu lalu turun ke jalan, meminta Presiden Bashar al-Assad mundur dari jabatannya. Namun, permintaan itu dijawab oleh pemerintah Suriah dengan mengirimkan tentara dan menembaki kelompok oposisi. Setelah Tunisia, Mesir dan Libya, gelombang protes atas rejim otoriter terus merambah ke negeri-negeri Arab lain, termasuk Suriah.

Andy Budiman

Editor: Carissa Paramita