1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oposisi Tolak Tawaran Presiden Saleh

26 September 2011

Senin (26/09) digelar protes menuntut Presiden Saleh meninggalkan Yaman. Tuntutan itu disampaikan setelah sehari sebelumnya Presiden Saleh mengatakan, masa depan kekuasaannya akan ditentukan melalui pemungutan suara.

https://p.dw.com/p/12glk
Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh saat menyampaikan pidato televisi, Minggu (25/09)Foto: dapd

Dalam aksi demonstrasi, Alid al-Amari, pemimpin Komite Protes Pemuda, menegaskan, anak-anak muda tidak bisa menerima tawaran Presiden Saleh. “Mereka tak akan menyerah hingga mendapatkan semua dari tujuan revolusi”, katanya merujuk pada tuntutan agar Presiden Saleh segera mundur dari kekuasaannya.

Presiden Saleh, Jumat (23/09), mendadak pulang kembali ke Yaman, setelah berbulan-bulan lamanya tinggal di Arab Saudi untuk mendapatkan perawatan atas luka yang dideritanya akibat terkena ledakan bom. Setibanya di tanah air, dia menantang pihak oposisi untuk menggelar pemilu lebih awal untuk menentukan masa depan kepemimpinan di Yaman.

“Kalian yang mengejar kekuasaan, biarkan kita bersama-sama berhadapan di depan kotak suara. Kita menentang kudeta,“ kata Saleh dalam pidato yang disiarkan oleh televisi milik negara.

Sebelumnya, Presiden berusia 69 tahun itu berkali-kali telah menolak untuk menandatangani pemindahan kekuasaan ke tangan Wakil Presiden Abdrabuh Mansur Hadi yang dimediasi oleh Dewan Kerjasama Negara-negara Teluk. Meski sebagai imbalannya, dia akan memperoleh kekebalan dari proses hukum.

Tapi hari Minggu (25/09), dia mengatakan telah memberi otoritas kepada wakil presiden. “Kami telah berkomitmen untuk menjalankan inisiatif Teluk sebagaimana yang diinginkan, dan ditandatangani Wakil Presiden Abdrabuh Mansur Hadi, yang telah diberi otoritas untuk menjalankan dekrit Presiden,” kata Ali Abdullah Saleh.

Namun petinggi Partai oposisi Islah, Abdullah Saatar, menolak pidato Presiden Saleh dan menyebutnya sebagai kebohongan.

Puluhan ribu orang turun ke jalan di ibukota Sanaa pada hari Minggu (25/09). Mereka menuntut agar Presiden Saleh diajukan ke pengadilan atas tuduhan melakukan kejahatan selama puluhan tahun berkuasa. Dalam aksi itu, pasukan keamanan yang loyal pada Presiden Saleh melepaskan tembakan dan melukai 18 orang.

Sejak Januari lalu, ribuan orang turun ke jalan di Yaman. Seperti yang terjadi di Tunisia, Mesir dan Libya, mereka menuntut perubahan politik dan meminta penguasa mundur.

Andy Budiman

Editor: Hendra Pasuhuk