1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pakar Holocaust Terima Penghargaan di Leipzig

14 Maret 2012

Secara tradisi Pameran Buku Leipzig dibuka dengan penganugerahan hadiah bagi penulis yang mendorong saling pengertian di Eropa.

https://p.dw.com/p/14KUv
Fahnen werben für die Buchmesse am Dienstag (15.03.2011) auf dem Messegelände in Leipzig. Zur Leipziger Buchmesse vom 17. bis 20. März werden wieder weit mehr als 100 000 Besucher erwartet. 2150 Aussteller aus 35 Ländern werben auf der Messe, die sich an Fachbesucher und Publikum wendet, für ihre Literatur. Foto: Jan Woitas dpa/lsn +++(c) dpa - Bildfunk+++
Buchmesse LeipzigFoto: picture alliance/dpa

Dua peneliti sejarah Holocaust meraih penghargaan Leipziger Buchmesse (Pameran Buku Leipzig) 2012. Ian Kershaw dan Timothy David Snyder berasal dari generasi yang berbeda, tapi meneliti tema yang sama. Ian Kershew, lahir tahun 1943 di Inggris dikenal sebagai salah satu pakar penting sejarah Jerman abad ke-20. Dua jilid biografi tentang Hitler yang terbit 1998 dan 2000 sejak lama menjadi karya standar. Sementara warga AS Timothy David Snyder, yang lahir tahun 1969 menulis karya penting dalam sejarah Eropa Timur dan penelitian Holocaust.

Sampai pensiun Ian Kershew mengajar sebagai profesor sejarah pada University of Sheffield di Inggris. Pada tahun 1970-an ia sudah mulai belajar Bahasa Jerman di Goethe Institut Manchester. Guru Bahasa Jermannya pasti luar biasa, karena dalam sebuah wawancara, pakar sejarah itu pernah menerangkan bahwa seluruh kursus mengenai budaya, sastra, seni, politik dan sejarah Jerman begitu menarik minatnya. Ian Kershaw kemudian pindah jurusan dari "Medieval Studies" (sejarah abad pertengahan) ke sejarah Jerman, dan mendalami sejarah sosial nasionalsosialistis NAZI. Dan akhirnya dalam rangka proyek penelitian ia menulis buku-buku tentang pendapat warga di Bayern selama masa pemerintahan NAZI dan tentang mitos Hitler. Akhirnya Kershaw dalam sebuah buku tipis menulis profil kekuasaan Hitler dan kemudia, setelah penelitian bertahun-tahun menulis biografi Hitler sebanyak dua jilid.

British historian Ian Kershaw poses with the first installlment of his big two-volume biography of Adolf Hitler, in Sheffield, England, Oct.19 1998. A chance conversation in a German cafe more than two decades ago with a man who nonchalantly expressed anti-Semitic feelings prompted Kershaw to spend years researching the life of Adolf Hitler. (AP Photo/Graham Heathcote)
Ian KershawFoto: AP

Runtuhnya Pemerintahan NAZI

Dalam tiga tahun terakhir pakar sejarah Inggris itu hanya menetapkan fokus pada runtuhnya nasionalsosialistis NAZI Jerman. Studinya "Akhir. Perjuangan sampai runtuhnya NS Jerman 1944/45" melukiskan fase final NAZI Jerman dengan lengkap dan rinci. Selain itu meneliti pertanyaan utama: mengapa Jerman yang dikalahkan secara militer tahun 1944 masih hampir setahun lamanya masih terus berperang dan sampai kehancuran total sebagian besar kawasannya masih dapat bertahan? Kesimpulan Kershaw: Sifat seperti rasa tanggung jawab dan kehormatan, oleh NAZI diinstrumentalisir dan disalahgunakan. Selain itu banyak orang tidak melihat alternatif selain sistem penguasa. Dan mereka takut terhadap teror kelompok SS dan Gestapo seperti halnya ketakutan akan tentara Merah dan Bolsewisme.

Ingatan akan Teror Stalin

Pemenang lainnya hadiah Pameran Buku Leipzig 2012 adalah sejarawan muda lulusan Universitas Yale dan pernah mengajar di Wina, Austria. Seperti Kershaw Timothy David Snyder juga menulis buku yang berperan besar dalam membina saling pengertian dari sejarah Eropa yang mengerikan. Dalam bukunya Bloodlands. Eropa antara Stalin dan Hitler, ia memperingatkan untuk mengoreksi gambaran sejarah Eropa Barat. Banyak yang lupa bahwa penduduk di Polandia Tengah, Belorusia, Ukraina dan negara-negara Balkan, selama 12 tahun menderita di bawah pemerintahan Uni Sovyet dan pendudukan Jerman.

Timothy D. Snyder (b. Aug. 18, 1969)[1] is an American professor of history at Yale University, specializing in the history of the Holocaust and Eastern Europe more broadly. He is also affiliated with the Institut für die Wissenschaften vom Menschen in Vienna and the College d'Europe in Natolin. ermission is granted to copy, distribute and/or modify this document under the terms of the GNU Free Documentation License,
Timothy D. SnyderFoto: GNU-License

Sekitar 14 juta orang, semuanya warga sipil, selama 12 tahun itu menjadi korban pembunuhan sistematis kedua rezim di masa tersebut. Mereka dibunuh secara kejam, dideportasi dan secara sengaja dibiarkan mati kelaparan.

Secara teliti Snyder menceritakan tindak kejahatan kedua rezim dengan merinci metode dan sasaran yang berbeda-beda, serta memperjelas penderitaan yang sulit dibayangkan dari orang-orang sehubungan kisah kehidupannya masing-masing. Teror Stalin ditargetkan terutama terhadap rakyatnya sendiri, sementara NAZI Jerman membunuh jutaan orang, yang selama perang penguasaan dianggap menghalanginya.

Gewandhaus. Beschreibung Gewandhaus.jpg Neues Gewandhaus, Augustusplatz, Leipzig, Germany Datum Oktober 2004(2004-10) (2004-02-24, according to EXIF data) Quelle Eigenes Werk (eigenes Bild) Urheber FloSch Genehmigung (Weiternutzung dieser Datei) GNU FDL // CC-BY-SA FloSch
Gewandhaus LeipzigFoto: cc-by-sa/FloSch

Pandangan Baru

Dengan berakhirnya Perang Dunia II ingatan akan semua kejadian mengerikan itu tertutup bayangan Tirai Besi.

Dengan "Bloodlands", Timothy Snyder membuat semuanya itu kembali tampak. Dan ia mengajukan interpretasinya mengenai babak dalam sejarah Eropa ini, menjadi topik diskusi.

Hadiah Leipziger Buchmesse (Pameran Buku Leipzig) untuk saling pengertian di Eropa disertai uang tunai15 ribu Euro. Dan secara tradisional diserahkan di Gewandhaus (gedung konser) Leizpig sebagai tanda dibukanya Leipziger Buchmesse.

Silke Bartlick/Dyan Kostermans

Editor: Agus Setiawan