1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pakar Peringatkan Waspada "Wannacry"

15 Mei 2017

Pakar keamanan dunia maya peringatkan kemungkinan dampak lebih luas, setelah virus ransomware "Wannacry" mengunci ratusan ribu komputer di seluruh dunia.

https://p.dw.com/p/2cy0T
China Weltweite Cyberattacke
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schiefelbein

Virus ransomware yang telah mengunci ratusan ribu komputer di lebih dari 150 negara, telah merugikan dunia bisnis, rumah sakit dan instansi pendidikan di seluruh dunia. "Kami melihat profil korban kami, kami masih melihat banyak korban di kawasan Asia Pasifik. Tapi itu adalah kampanye global, tidak ada target khusus," kata Tim Wellsmore, Direktur ancaman intelijen, Asia Pasifik di perusahaan keamanan dunia maya FireEye.Inc hari Senin (15/05).

Michael Gazeley, maging director Network Box, mengingatkan masih ada "banyak 'ranjau darat' menunggu di inbox email di Asia Pasifik." Di Cina, yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, perusaaan energi raksasa PetroChina mengatakan sistem pembayaran di beberapa stasiun bensin terpukul, meski sebagian besar sistemnya sudah bisa dipulihkan. Badan Kepolisian Nasional Jepang melaporkan sebuah rumah sakit juga terserang virus ini.

Tetap waspada

Sementara itu, perusahaan  industri Hitachi Ltd. mengatakan bahwa serangan siber itu  telah mempengaruhi sistem komputernya selama akhir pekan. Mereka  tidak dapat menerima dan mengirim atau membuka e-mail.

Meski pasar keuangan tidak terserang, pelaku bursa saham tetap waspada. Seorang peneliti keamanan siber  di Asia yang menolak disebutkan namanya mengatakan bahwa kebanyakan bank di dunia  telah lolos dari virus itu karena semua bank telah antisipasi tepat waktu. Beberapa e-mail phishing berhasil lolos dan diaktifkan oleh pengguna komputer, segera tertangkap oleh sistem  keamanan.

Rumah sakit di Indonesia jadi korban

Sistem komputer dua rumah sakit besar  di Indonesia juga jadi korban.  "Rumah Sakit Dharmais dan Rumah Sakit Harapan Kita di Jakarta terkena imbas  ransomware," kata  Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Semuel Pangerapan.

Penyebar virus  ransomware menipu korban dengan mengirim lampiran malware ke email dengan selubung tawaran pekerjaan, peringatan keamanan, misalnya. Padahal, isinya virus.

Data yang terenkripsi ransomware di komputer, biasanya menuntut tebusan untuk mengembalikan akses di komputer yang diserang. Rata-rata uang yang diminta pemeras sebesar 300 hingga 600 dollar AS.

"Ini sangat kejam," kata Abdul Kadir, direktur utama PT Rumah Sakit Dharmais. Hampir semua komputer di rumah sakit itu terkena dampaknya. Kepada kantor berita Reuters ia menceritakan sistem teknologi informasinya di rumah sakitnya, yang berisi  data catatan pengobatan pasien dan penagihan biaya rumah sakit, ikut terkunci.

Kementerian komunikasi Indonesia menyarankan pengguna komputer untuk mem-back up data-data penting di komputer dan menyimpannya di tempat lain, sebagai antisipasi jika komputer mereka diserang.   Selain itu, mereka disarankan untuk memperbarui sistem  keamanan komputer yang terhubung ke internet.

ap(rtr/dpa/ap)