1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

030511 Bin Laden Abbottabad

4 Mei 2011

Peranan Pakistan dalam tema persembunyian Osama bin laden dipertanyakan. Mustahil pejabat dinas rahasia ISI tidak mengetahuinya. Secara resmi, sebenarnya Pakistan berada di pihak Bartat dalam perang anti-teror.

https://p.dw.com/p/118jm
Kediaman Osama Bin Laden di Abbottabad, PakistanFoto: AP

Penasehat anti-teror Presiden AS Barack Obama, John Brennan, mengungkapkan, apa yang dipikirkan semua pihak yang berkepentingan, menyangkut tempat persembunyian Osama bin Laden di Pakistan. "Saya pikir mustahil Bin Laden tidak memiliki sistem pendukung di negara yang mengizinkannya tinggal cukup lama di sana. Saya tidak mau berspekulasi mengenai dukungan apa yang diterimanya di Pakistan. Sekarang dilakukan kontak erat dengan pihak Pakistan, dan kami akan melacak semua petunjuk,“ ujar Brennan.

Memang amat sulit dijelaskan, bahwa selama bertahun-tahun tidak ada yang tertarik pada pembangunan kawasan pemukiman luar biasa di Abbottabad itu. Terutama kota yang berada sekitar 50 km di utara ibukota Islamabad merupakan pusat militer Pakistan. Di kota itu terdapat akademi militer Pakistan dan juga di sana bermarkas dua resimen infantri angkatan darat. Kawasan pemukiman di mana pimpinan Al Qaida, Osama bin Laden, bersembunyi, berada di tengah-tengah perumahan para petinggi militer. Juga bangunannya amat mencolok dan dibuat seperti benteng, dengan tembok pengaman tinggi, kawat berduri dan dilengkapi kamera pengintai.

Ilmuwan keislaman Jamal Malik yang berasal dari Pakistan dan saat ini menjadi guru besar di Universitas Erfurt Jerman menyampaikan analisanya, "Pemaparan bahwa figur seperti Osama bin Laden beroperasi di depan mata dinas rahasia dan militer Pakistan, hanya menegaskan bahwa kita berhadapan dengan sebuah negara yang gagal total atau mendukungnya. Tidak ada alternatif lainnya. Jadi, kemungkinannya tidak peduli dan tidak becus atau mendukung dan memperkuatnya.“

Pakistan dan Amerika Serikat sudah mengakui, bahwa operasi pasukan komando di malam hari itu merupakan aksi sepihak AS. Setelah pidato Presiden Barack Obama, reaksi resmi Pakistan menyangkut aksi militer AS yang menewaskan Bin Laden baru disampaikan 15 jam kemudian. Pemerintah Pakistan hanya menyampaikan tanggapan singkat, bahwa tewasnya Osama bin Laden merupakan pukulan berat bagi semua organisasi teror. Setelah itu, Presiden Asif Ali Zardari dalam artikel yang diterbitkan harian The Washington Post membuat pernyataan panjang lebar. Intinya, ia menolak tuduhan bahwa Pakistan melindungi pimpinan Al Qaida. Bahkan Zardari menyebut negaranya sebagai korban teror terbesar sedunia.

Para pengamat keamanan hanya dapat berspekulasi, diantara aktor terpenting dalam misi pembunuhan Bin Laden, yakni AS dan Pakistan, telah disepakati sebuah strategi komunikasi. Indikasinya adalah, helikopter tempur AS dari Afghanistan dengan mudah datang dan keluar lagi dari ruang udara Pakistan tanpa terjadi pertempuran dengan militer Pakistan.

Bukan untuk pertama kalinya, Pakistan menunjukkan sikap mendua dalam perang anti teror. Menanggapi hal ini, pakar terorisme dari Inggris Michael Chandler mengatakan, “Pakistan amat penting berkaitan dengan negara tetangganya Afghanistan. Dan kita semua menghendaki stabilitas di Afghanistan berkaitan dengan penarikan pasukan asing. Pakistan membutuhkan AS. Dan jika AS cerdik, dukungan kepada Pakistan akan dilanjutkan.“

Barat juga tetap membutuhkan Pakistan dalam perang melawan terorisme. Sebab tanpa izin Pakistan, tidak mungkin AS melancarkan serangan gencar menggunakan pesawat tidak berawak ke kubu ekstrimis di perbatasan Pakistan dan Afghanistan.

Sandra Petersmann/Agus Setiawan

Editor: Vidi Legowo