1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pakistan Izinkan AS Interogasi Ketiga Janda Bin Laden

10 Mei 2011

Tekanan bertubi-tubi dari Washington membuat Pakistan melunak. Islamabad mengizinkan AS menginterogasi ketiga janda Osama bin Laden. Kesaksian mereka penting untuk mengungkap siapa yang melindungi gembong teroris itu

https://p.dw.com/p/11Cvc
Technischer Hinweis: Waehrend der Aufnahme wurde die Kamera bei offener Blende gedreht. +++ Verschiedene arabische Zeitungen machen am Dienstag (03.05.11) in Berlin mit dem Tod des Terroristen Osama bin Laden auf. Selten loeste ein Einzelereignis ein solches Medienecho aus, wie die Toetung von Al-Kaida-Chef Osama bin Laden durch US-Soldaten in Pakistan. Kaum eine deutsche Zeitung, die am Dienstag ueber den verhassten Terroristen und seinen Tod nicht auf mehreren Seiten und ressortuebergreifend berichtete. Die Titelseiten gehoerten dem Mann ohnehin, der zur Symbolfigur des islamistischen Terrors wurde. (zu dapd-Text) Foto: Steffi Loos/dapd
Osama bin Laden / Al Kaida / Terror / ZeitungenFoto: AP

Tekanan bertubi-tubi dari pemerintah Amerika Serikat dan ancaman Kongres untuk menghentikan kucuran dana bantuan kepada Pakistan mulai membuahkan hasil. Menurut laporan berbagai media, pemerintah di Islamabad kini mengizinkan Dinas Intelejen AS, CIA, mengintrogasi langsung ketiga isteri Osama bin Laden.

Tuntutan tersebut sebelumnya ditolak oleh Pakistan menyusul tuduhan Presiden AS Barack Obama soal adanya elemen di tubuh pemerintah yang melindungi gembong teroris nomer satu itu. Saat ini ketiga janda Osama sedang diperiksa oleh agen Dinas Rahasia Pakistan, ISI.

Ketiganya sebenarnya sudah diciduk oleh satuan elit Navy Seals di tempat persembunyian Osama di Abottabad, Pakistan, Senin (2/5) pekan lalu. Namun serdadu AS harus meninggalkan ketiganya menyusul rusaknya salah satu helikopter. Dua orang isteri Osama berkewarganegaraan Arab Saudi, sementara yang ketiga berasal dari Yaman. Pakistan mengajukan syarat, introgasi hanya dapat dilakukan atas seizin pemerintah di negara asal.

Informasi Seputar Persembunyian Osama

Ketiganya diharapkan memberikan informasi, seberapa lama mereka sudah bersembunyi di Abottabad. Salah seorang janda Osama, Amal Ahmed Abdul Fattah sebelumnya telah bersaksi, ia dan anak-anaknya hidup selama lima tahun di kota garinsun tersebut, dua tahun sebelumnya di desa Chak Shah Mohammed, yang terletak di dekat kota Haripur di provinsi Khyber Pakhtunkhwa.

Tewasnya Osama bin Laden menimbulkan pertanyaan legitim, bagaimana gembong teroris nomer satu di dunia itu bisa bersembunyi di tengah ratusan ribu tentara selama lima tahun tanpa pernah bisa terendus oleh dinas rahasia. Presiden Obama pekan lalu menuding Pakistan tidak kompeten dan berkomplot dengan Al-Qaida.

Tudingan tersebut sontak mendapat kecaman, terutama dari PM Yusuf Raza Gilani yang hari Senin (9/5) berpidato di hadapan parlemen. "Kami tidak akan membiarkan pemfitnah sukses menumpahkan keteledoran dan kesalahan mereka sendiri kepada Pakistan," katanya.

Kongres Ancam Hentikan Kucuran Bantuan

Pakistan pekan lalu juga sempat mengancam akan mengkaji ulang kerjasama militer dalam perang melawan teror dengan Washington jika sekutunya itu kembali melanggar kedaulatan wilayahnya. Namun kini sikap gigih Islamabad mulai melunak, terutama karena juga banyak bergantung pada kucuran dana bantuan dari Washington.

Amerika Serikat setiap tahun mengalokasikan dana sebesar 1,5 Milyar US Dollar untuk Pakistan. Namun sejak sepekan terakhir semakin banyak anggota kongres yang menyuarakan penghentian kucuran dana bantuan sampai terungkap apakah Pakistan ikut membantu Osama bin Laden. "Rakyat Amerika tidak bodoh," kata Senator dari Partai Republik James Risch, "kita tidak perlu membantu pihak yang tidak tahu bagaimana menghargainya," tandasnya lagi.

Ancaman tersebut juga diharapkan dapat mendorong Pakistan lebih giat memburu tokoh senior Al-Qaida yang lain, seperti Ayman al Zawahiri. Kini kucuran dana buat Pakistan bergantung sepenuhnya pada Presiden Barack Obama yang memiliki hak veto di Kongres.


Rizki Nugraha/rtr/afp/dpa
Editor: Edith Koesoemawiria