1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

080311 Elfenbeinküste Lage

8 Maret 2011

Laporan terkait konflik di Pantai Gading tergeser oleh laporan dari negara-negara Arab. Sementara situasi di negeri itu semakin meruncing.

https://p.dw.com/p/10VHA
Pendukung Ouattara menunjuk pada sebuah kendaraan baja pendukung Gbagbo yang terbakar hangus di kawasan miskin Abobo, ibukota AbijanFoto: AP

Para pendukung Alassane Ouattara meneriakkan nama panggilannya ADO…ADO. Pekan lalu ratusan ibu-ibu kawasan miskin di Abobo, utara ibukota Abijan berpakaian warna-warni turun ke jalan berdemonstrasi mendukung Ouattara. Di kawasan ini pendukung Ouattara amat banyak. Suasananya menyenangkan, sampai tiba-tiba terdengar suara tembakan.

Masa panik. Enam ibu tewas dan sejumlah lainnya luka-luka. Tubuh mereka begelimangan darah. Poster masih dipegangnya, dengan gambar Ouattara tersenyum dan bertulisan „Gbagbo, kamu telah mencuri kekuasaan!“. Seorang saksi menuturkan, „istri-istri kami hanya ingin berdemonstrasi dengan damai. Sudah pasti, mereka tidak bersenjata. Tiba-tiba datang kendaraan tempur lapis baja itu dan orang-orang Gbagbo menembak secara membabi buta.“

Kantor berita AP mempublikasikan di internet video, dengan potongan gambar pengikuti setia Gbagbo menggunakan kendaraan baja sedang meninggalkan kawasan itu dengan tergesa-gesa. Namun Gbagbo menepis tuduhan melakukan pembantaian di Abobo. Ia malah menyalahkan misi PBB menyusupkan teroris ke Pantai Gading dan bertanggung-jawab atas tewasnya ibu-ibu itu. Juru bicara misi PBB, Hamadoun Touré sedih mendengar ucapan Gabgbo dan hanya dapat menggelengkan kepala. „Saat ini di Abobo tidak ada bantuan kemanusiaan. Terlalu berbahaya. Mayat tergeletak di mana-mana dan belum dapat diamankan. Kami menuntut gencatan senjata, setidaknya untuk mengubur jenazah-jenazah itu atau untuk dapat menyimpannya di kamar mayat.“

Di Abobo milisi Laurent Gbagbo „Soldateska“ bertempur melawan gerilyawan pengikut Ouattara „Komando Tak Nampak“. Patriot muda pendukung Gbagbo dengan bersenjata senapan AK-47, golok dan pisau memblokir jalanan. Setiap hari jatuh korban tewas dan luka-luka, sebagian besar warga sipil. Sedikitnya 200.000 warga dikabarkan telah meninggalkan Abobo, tutur ketua sebuah organisasi non-pemerintah yang tidak mau disebutkan namanya. „Gbagbo, enyah kamu, seru ibu-ibu yang berdemonstrasi. Sudah terlampau lama kami menuntut itu. Saya tidak tahu, mengapa dan apa yang ditunggu oleh dunia internasional. Apakah perlu lebih banyak orang mati lagi? Tidak cukupkah kekejaman yang terjadi selama ini? Setiap hari, ini semua terulang kembali. Tetapi, kami akan tetap berjuang!“

Kedua pihak bertikai diisukan mendapat pasokan senjata dari luar. Dan nampaknya Gbagbo tidak kehabisan dana, meskipun sudah diberlakukan sanksi internasional. Negeri itu dilarang mengekspor coklat.

Pemberontak pendukung setia Ouattara di utara Pantai Gading, Forces Nouvelles, juga sedang mempersiapkan diri untuk bertempur. Mereka telah menguasai kawasan barat negeri itu.

Situasi sekarang negeri itu menyerupai perang saudara. Tidak ada air bersih, tidak ada listrik, dan bahan pangan habis.

Alexander Göbel/Andriani Nangoy

Editor: Hendra Pasuhuk