1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Papademos Hadapi Tugas Amat Berat

11 November 2011

Kepala pemerintahan transisi, Lucas Papademos diharapkan menyelamatkan Yunani dari ancaman kebangkrutan, sekaligus meyakinkan para donor bahwa reformasi ketat akan dilaksanakan.

https://p.dw.com/p/138x1
Lucas Papademos PM baru Yunani.Foto: dapd

Partai Sosialis dan Partai Konservatif memerlukan waktu perdebatan sangat alot selama empat hari, untuk memastikan nominasi Papademos pada jabatan kepala pemerintahan transisi Yunani. Sejak awal mantan wakil presiden Bank Sentral Eropa itu sudah menjadi kandidat favorit. Segera setelah terpilih, presiden Karolos Papoulias menugasinya membentuk kabinet baru, yang dilantik Jumat (11/11).

Media massa di Athena memiliki cukup banyak bahan berita, untuk menampilkan sosok PM baru dari kubu independen itu. Papademos dikenal sebagai pekerja keras, pakar ekonomi yang bercitra bagus, tenang, pendukung stabilitas politik keuangan dan yang paling utama seorang tokoh yang pragmatis.

Tokoh Harapan

Warga Yunani terutama mengharapkan satu hal dari pakar ekonomi berusia 64 tahun itu. Yakni menolong Yunani, untuk memulihkan kembali kepercayaan Eropa terhadap ekonomi negara itu, serta menjamin posisinya agar tetap menjadi anggota zona Euro.

Papademos saat ini merupakan tokoh yang paling tepat, untuk melaksanakan tugas sulit tsb. Demikian diyakini Konstantinos Michalos, ketua kamar dagang dan industri di Athena. “Papademos seorang teknokrat, yang bercitra baik di dunia perbankan, bukan hanya di Yunani melainkan juga di seluruh Eropa. PM baru itu mengenal Eropa dan Amerika, dan itu menguntungkan baginya. Ia dapat memimpin negara secara logis dengan penilaian global. Tapi kini juga saatnya, untuk mengirimkan impuls pertumbuhan bagi ekonomi Yunani. Politik penghematan amat kaku saat ini, hanya mengarah pada kebuntuan“, tambahnya.

Hadapi Gejolak Krisis.

Proteste und Generalstreik in Griechenland
Tidak mudah yakinkan rakyat Yunani untuk terima paket penghematan.Foto: dapd

Masih dipertanyakan, apakah PM baru itu dapat melakukan terobosan dari spiral paksaan penghematan yang kejam dan resesi?  Papademos yang lulusan jurusan fisika dan menjadi pakar ekonomi, dari tahun 2002 hingga 2010 memangku jabatan sebagai wakil presiden Bank Sentral Eropa. Ia dikenal sebagai pembela stabilitas politik keuangan, mengikuti garis kebijakan pendahulunya, Jean-Claude Trichet. Tapi, ia juga tidak pernah menjadi tokoh pimpinan Bank Sentral Eropa yang tegas dan kaku. Papademos sekali waktu dapat bersikap fleksibel, dan mengisyaratkan ia tidak mutlak menentang pertumbuhan lewat permintaan dalam negeri, dalam arti upah yang lebih tinggi.

Pernyataan semacam itu, sangat ingin didengar warga Yunani di saat krisis. Tapi, Papademos mula-mula harus meyakinkan rakyatnya, terkait tindakan penghematan ketat. Sebuah tugas yang tidak mudah

Demikian penilaian analis dari harian terkemuka “Kathimerini“ yang terbit di Athena, Angelos Stangos. “Untungnya Papademos mendapat tugas membentuk pemerintahan, tapi itu bukan tugas mudah. Ia harus mengumumkan pemotongan anggaran yang menyakitkan. Keunggulan terbesarnya, ia berbicara bahasa yang sama seperti mitra Eropa dari Yunani. Tapi ia juga akan memaksa partai-partai di Yunani, dan ini tidak diinginkan partai. Itu juga yang menjelaskan, mengapa nominasinya dihambat dan terjadi adu kekuatan cukup lama“, ujar Stangos.

Deutschland Stadt Frankfurt Architektur Gebäude EZB Euro Logo
Yunani dituding masuk zona Euro dengan akrobat neraca pembukuan.Foto: Fotolia/interlight

Lucas Papademos juga merupakan arsitek bagi masuknya Yunani ke dalam zona Euro pada tahun 2001. Sebuah langkah yang tidak hanya menuai pujian dari media keuangan Eropa. Kadang-kadang juga dilontarkan tuduhan, bahwa mantan direktur Bank Sentral Yunani tsb, ketika itu melakukan akrobat dengan angka pembukuan yang dipalsukan. Di Yunani sendiri, tema itu tidak pernah didiskusikan. Jawaban standar dari Athena adalah, mereka tidak melakukan akrobat angka pembukuan yang melebihi atau berbeda dengan negara anggota zona Euro lainnya.

Jannis Papadimitriou/Agus Setiawan

Editor : Hendra Pasuhuk