1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Papandreou Setuju Mundur dari Pemerintahan

6 November 2011

Perdana Menteri Yunani Giorgos Papandreou setuju untuk turun jabatan dan tidak memimpin pemerintahan sementara yang akan beranggotakan wakil dari banyak partai.

https://p.dw.com/p/135v8
Greek Prime Minister George Papandreou leaves a G20 summit in Cannes, France on Wednesday, Nov. 2, 2011. Greek Prime Minister George Papandreou was flew to the chic French Riviera resort of Cannes on Wednesday to explain himself to European leaders furious over his surprise referendum on a bailout deal that took them months to work out. (AP Photo/Markus Schreiber)
PM Yunani Giorgos PapandreouFoto: dapd

Keputusan selanjutnya setelah pertemuan tiga pihak selesai digelar Minggu (06/11) malam, akan diambil dalam perundingan hari Senin (07/11). Demikian keterangan dari kantor kepresidenan. Kesepakatan itu berhasil diraih setelah Papandreou mengadakan pertemuan dengan pemimpin Antonis Samaras dan Presiden Carolos Papoulias. Pemerintahan baru akan mengadakan pemilu setelah meratifikasi keputusan KTT Uni Eropa tentang bantuan keuangan bagi Yunani, 26 Oktober lalu.

Sebelumnya Antonis Samaras, ketua partai utama oposisi Nea Dimokratia, menyatakan hanya bersedia berkompromi jika Papandreou mengundurkan diri. Samaras mengatakan, selama Papandreou tetap pada jabatannya, ia menghalangi upaya menemukan terobosan bagi kebuntuan politik di negara itu.

Kesediaan untuk mundur sudah diisyaratkan PM Giorgos Papandreou sebelumnya, menawarkan diri untuk mundur demi mempermudah pembentukan pemerintah koalisi. Bagi Papandreou, hanya pemerintah koalisi yang berkuasa setidaknya beberapa bulan yang dapat menyelamatkan Yunani dan menjamin tali penyelamat dari kreditor internasional, sebelum dana Yunani habis.

Tetapi oposisi konservatif yang dipimpin Antonis Samaras menolak gagasan itu dan menawarkan visi tentang pemilu segera. Samaras juga menuntut Papandreou mundur setelah dua tahun bergulat dengan kekacauan ekonomi, politik dan sosial.

Tadinya, Papandreou mencoret gagasan pemilu yang dipercepat dengan menyebutnya "bencana" dan mengatakan, cekcok di dalam negeri memberi kesan kepada seluruh Eropa bahwa Yunani tidak mau bertahan dalam zona Euro yang beranggota 17 negara.

Antonis Samaras
Ketua parta utama oposisi Yunani, Antonis SamarasFoto: picture-alliance/dpa

"Sekarang pun, kami harap Tuan Samaras mengubah posisinya," kata Angelos Tolka, wakil juru bicara pemerintah kepada televisi Yunani. "Negara tidak bisa dibiarkan tanpa pemerintah. Dan kita kehabisan waktu."

Imbauan kerjasama

Presiden Yunani Karolos Papoulias menghimbau kerjasama berbagai pihak untuk memecahkan krisis politik setelah pekan yang penuh guncangan dimana Papandreou pertama mengumumkan kemudian membatalkan rencana referendum tentang paket bailout zona Euro. Tindakan yang membuat kekuatan politiknya merosot tajam. Yunani jatuh ke dalam pertandingan tidak jelas saat keduanya, pemerintah sosialis dan oposisi konservatif menawarkan rencana yang bersaing untuk menyelesaikan kebuntuan.

Presiden Papoulias mendesak pihak-pihak yang berseberangan untuk mengatasi perbedaan di antara mereka dan bekerjasama untuk memecahkan krisis yang beresiko meruntuhkan kepercayaan intenrasional dalam keseluruhan proyek euro.

"Konsensus adalah satu-satunya cara," kata Papoulias kepada PM Papandreou ketika ia datang ke istana kepresidenan hari Sabtu (05/11), untuk melansir hasratnya akan pemerintah koalisi.

Main Poker

Koran-koran Yunani yang terbit hari Minggu (06/11) menurunkan kepala berita yang penuh dengan peringatan. "Mereka bermain poker di atas Titanic," tulis harian Kathimerini yang terbit di Athena.

Griechenland Finanzkrise Regierungssitzung in Athen George Papandreou
PM Papandreou bercanda dengan wartawan Yunani di parlemenFoto: dapd

Sementara koran To Vima menulis, "Antara Euro dan Drachma". Kedutaan besar negara-negara asing di Yunani dilaporkan memperingatkan kepada pemerintahnya masing-masing bahwa kekacauan dapat terjadi jika paket penghematan terbaru tidak dilaksanakan. Namun kalangan diplomat tidak bersedia mengkonfirmasi laporan To Vima tersebut.

Sementara itu, 67% rakyat Yunani percaya bahwa kehidupan akkan lebih buruk jika mereka dipaksa untuk meninggalkan mata uang Euro, menurut jajak pendapat yang dilakukan koran Kathimerini. Hanya 16% yang meyakini bahwa hidup akan membaik iijka Yunani kembali menggunakan mata uang yang lama, Drachma.

Namun di Jerman, 68% yakin bahwa Yunani tidak punya masa depan dalam zona Euro, menurut survei Emnid yang diterbitkan majalah berita Focus.

Renata Permadi/afp,dpa,rtr

Editor: Andriani Nangoy