1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pariwisata Berkesinambungan di Myanmar

Gero Simone29 November 2012

Pemerintah Myanmar ingin menjadikan negaranya sebagai tujuan wisata. Perkembangan ini harus berjalan sesuai dengan kondisi ekonomi, lingkungan dan sosial.

https://p.dw.com/p/16qon
Foto: Getty Images

Sejak Presiden Thein Sein berkuasa, Myanmar memiliki haluan liberal dan demokrasi. Dampaknya terlihat pada jumlah pengunjung. Negara yang semakin terbuka ini, membangkitkan ketertarikan dunia internasional. Di paruh pertama tahun ini, 30 persen lebih banyak turis yang datang ke Myanmar dibandingkan tahun lalu.
Namun, bahaya turisme massal disadari di sana. Perusakan lingkungan, warisan budaya yang menjadi komersil dan kondisi kerja yang tidak adil bagi warga lokal tidak diinginkan. Karena itu, pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk yayasan Jerman Hanns-Seidel untuk merancang strategi perkembangan turisme di Myanmar. "Responsible Tourism Policy" berisi acuan dimana lingkungan dilindungi, perkembangan ekonomi yang stabil diperhitungkan dan tingkat kemiskinan dikurangi. Kesinambungan adalah tujuan akhir pemerintah dan mereka ingin mewujudkannya semaksimal mungkin.

Model tiga pilar


"Pariwisata berkesinambungan bergantung pada tiga hal, yakni ekonomi, lingkungan dan tanggung jawab sosial", jelas Achim Munz, perwakilan yayasan Hanns-Seidel di Myanmar. Pemerintah harus berfokus pada sektor pariwisata. "Investasi dalam turisme, misalnya dengan pembangunan infrastruktur sangat penting bagi perkembangan ekonomi Myanmar di masa mendatang", ujar Munz. Lagipula, pasar harus dijaga agar harga tetap pada tingkat yang bisa diterima. "Saat ini harga kamar hotel tengah melonjak, jadi turis banyak yang enggan datang."
Di bidang lingkungan, pemerintah merencanakan sistem pembuangan air yang lebih baik, memperhatikan sistem daur ulang dan memajukan energi matahari. Munz menambahkan, "Bus ramah lingkungan akan digunakan."



Warga harus dilibatkan

Rosenholz Möbel Herstellung
Industri kecil akan didukungFoto: AP


Dari segi sosial, pakar turisme Nicole Häusler berpendapat, "Warga miskin, perempuan dan remaja harus lebih diintegrasi dan memberi kemungkinan bagi mereka untuk mendapat pendidikan lanjutan." Warga setempat harus bisa lebih mudah bekerja di hotel, restoran atau sebagai pemandu wisata dan dengan demikian juga menarik keuntungan dari sektor pariwisata. "Pemerintah ingin membantu perusahaan kecil yang menjual pekerjaan tangan atau seni. Petani dan industri kecil juga harus bisa merasakan keuntungannya. Untuk itu, produk dan bahan pangan lokal akan diutamakan di hotel dan restoran", jelas Häusler.
Petra Thomas tahu pelaksanaan strategi semacam itu tidak mudah. Pegawai di biro perjalanan ini mengkhususkan diri bagi tur berkesinambungan ke Myanmar. "Kami harus sering berkompromi. Khususnya saat infrastruktur lokal memberikan batasan. Kami misalnya masih tetap harus menggunakan pesawat untuk penerbangan dalam negeri, karena jalanannya masih dalam kondisi buruk."