1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Partai Ata Zhurt Pimpin Perolehan Suara Pemilu Kirgistan

11 Oktober 2010

Setelah berbulan-bulan dicekam aksi kekerasan dan kerusuhan berdarah, kini pemilu parlemen digelar di Kirgistan. Setengah tahun silam, mantan presiden negara bekas Uni Soviet itu, Kurmandek Bakiyev digulingkan.

https://p.dw.com/p/PbVO
Pemilu di KirgistanFoto: AP

Lima partai politik berhasil meraup suara yang diperlukan untuk duduk dalam parlemen. Mereka berhasil melewati kuota suara minimal yang harus diperoleh. Dalam pemilu parlemen yang digelar pada hari Minggu (10/10) lalu, di Kirgistan, kubu nasionalis, Partai Ata Zhurt, yang para anggotanya termasuk kolega mantan presiden yang digulingkan Kurmandek Bakiyev, memimpin perolehan suara. Partai Sosial Demokrat di bawah presiden sementara Roza Otunbayeva berada di posisi kedua.

Pemilu parlemen di salah satu negara bekas republik Uni Soviet itu berjalan tanpa kekerasan dan hanya segelintir laporan terjadinya manipulasi. Ini sesuai dengan yang diharapkan Presiden Kirgistan Roza Otunbajeva: „Kami menginginkan keseharian yang normal kini. Kami mengharapkan keseluruhan proses pemilu berjalan transparan.“

Parlemen yang terbentuk nanti akan mengambil putusan-putusan penting negeri itu dan kekuasaannya melebihi kekuasaan presiden. Otunbayeva sendiri mangatakan ia akan menjabat sebagai presiden hanya sampai akhir Desember tahun ini. Otunbayeva naik menjadi presiden sementara, setelah Bakiyev digulingkan dari kekuasaan pada April lalu. Bakiyev kini berada di pengasingan di Belarusia.

Para politisi mengatakan, diperlukan pembentukan koalisi untuk mencapai mayoritas suara untuk menentukan perdana menteri. Diharapkan, perdana menteri yang terpilih nanti dapat menjembatani perpecahan politik dan etnis di Kirgistan.

Sementara warga masyarakat yang telah letih dengan kemelut politik di negeri itu mengharapkan: „Saya menginginkan tercapainya keadilan, lebih dari apapun. Dan juga lebih banyak lapangan kerja di negeri ini.”

Warga lainnya berujar: „Kami mengharapkan demokrasi total di republik kami setelah pemilu. 19 tahun sejak Kirgistan berdiri, untuk pertamakalinya kami mengalami pemilu demokratis.”

Pengamat internasional yang dipimpin oleh organisasi untuk keamanan dan kerjasama di Eropa OSCE menyampaikan pujiannya, sekaligus mengatakan pemilu yang digelar menghormati kebebasan dan menandai langkah maju bagi proses demokrasi. Yanis Lenarchich dari OSCE menandaskan: „Penting bahwa keinginan mereka terefleksikan dalam hasil akhir pemilu dan sangat penting bahwa semua orang menerima hasil pemilu ini.“

Dari keseluruhan 29 partai politik yang ambil bagian dalam pemilu, dipastaikan tidak ada satupun yang dapat meraih suara mayoritas. Partai mana yang berhak menjalin koalisi, hingga Senin belum dapat dipastikan.

Ayu Purwaningsih /dw/dpa/rtr

Editor: Agus Setiawan