1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Partai-Partai Islam Menang Pemilu Mesir

21 Januari 2012

Dua partai Islam, Ikhwanul Muslimin dan Al Nur, unggul dalam pemilu bebas pertama di Mesir dengan meraih lebih 70 persen suara. Sedangkan partai-partai sekuler dan liberal tidak berhasil meraih suara cukup besar.

https://p.dw.com/p/13nqR
Foto: picture-alliance/dpa

Partai Islam moderat Ikhwanul Muslimin, meraih sekitar 47 persen suara dan partai Islam konservatif garis keras, Al Nur meraih sekitar 24 persen suara. Demikian hasil akhir resmi yang diumumkan komis pemilu Mesir hari Sabtu (21/01). Ini mengukuhkan penghitungan suara sebelumnya, yang menunjukkan keunggulan partai-partai Islam dalam pemilu yang digelar setahun setelah tumbangnya rezim Hosny Mubarak.

LOGO Muslimbrüder Ägypten
Lambang partai Ikhwanul Muslimin Mesir.

Berdasarkan hasil akhir itu, partai Islam moderat Ikhwanul Muslimin Mesir menjadi fraksi terkuat, dengan meraih 235 dari 498 kursi di parlemen. Sementara partai Al Nur atau juga disebut kelompok Salafi yang berhaluan konservatif garis keras, meraih 121 kursi.

Sedangkan partai-partai sekuler dan liberal hanya dapat mencapai perolehan suara yang kurang memuaskan. Partai liberal Wafd hanya memperoleh sekitar 8 persen suara atau 42 kursi. Partai Aliansi Mesir yang berhaluan sekuler hanya meraih sekitar 7 persen suara atau 33 kursi. Media massa Mesir melaporkan, seluruhnya 15 partai terwakili di parlemen. Partai remaja revolusioner yang berperan besar menumbangkan rezim Mubarak, samasekali tidak terwakili di parlemen. Juga partai perempuan dan partai Kristen merupakan pecundang.

Arah politik baru

Kemana arah politik Mesir setelah kemenangan dua partai Islam itu, masih belum diketahui dengan jelas. Ikhwanul Muslimin yang meraih suara terbesar, pada saat didirikan berhaluan fundamentalis, namun kini menyatakan dirinya tergolong konservatif moderat. Dengan partai mana Ikhwanul Muslimin akan menjalin koalisi juga belum dapat dipastikan. Para pengamat menilai, Mesir akan memposisikan dirinya antara model Turki dan Arab Saudi.

Muslimbrüder Ägypten
Para petinggi Ikhwanul Muslimin sambut kemenangan pemilu parlemen.Foto: AP

Wartawan pengamat politik di Kairo, Karim el Gawhary menganalisa : ”Menurut saya, tergantung dari koalisi apa yang akan dibentuk. Ikhwanul Muslimin terkenal amat pragmatis, serta berorientasi para model Turki. Juga harus diingat, ruang gerak yang dimiliki Mesir amat terbatas. Ekonomi negara ini langsung atau tidak langsung tergantung dari sektor pariwisata. Juga 10 persen warga adalah Kristen Koptik. Inilah faktor-faktor yang membatasi ruang gerak partai Islam, untuk tidak melakukan eksperiman model Arab Saudi.“

Konstitusi baru segera disusun

Namun, mula-mula konstitusi baru Mesir harus disusun dan diberlakukan. Untuk itu ditunggu hasil pemilihan majelis Shura, yang bersama parlemen akan memilih 100 anggota dewan panel penyusun konstitusi baru.

Di dalam konstitusi baru itu akan ditetapkan, siapa yang akan menentukan jalannya pemerintahan di masa depan. Parlemen atau Presiden? Pemilu presiden diperkirakan paling cepat akan digelar bulan Juni mendatang.

Selain itu, juga harus dicermati manuver dari pemerintahan transisi militer. Walaupun militer berjanji akan melimpahkan semua kekuasaan kepada parlemen baru, namun terdapat kecurigaan, militer akan tetap mempertahankan pengaruhnya. Langkah ini tidak mengherankan, karena sejak 1962 militer Mesir merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari politik Mesir.

Agus Setiawan/rtr/dpa/afp/dw

Editor : Renata Permadi