1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pasar Gelap Kulit Piton Catat Keuntungan 15 Triliyun

2 April 2014

Kulit Piton ilegal dari Asia Tenggara membanjiri Eropa. Didorong oleh lonjakan permintaan dari industri fashion, pemasok di Asia Tenggara lebih mengandalkan perburuan Piton liar ketimbang penangkaran.

https://p.dw.com/p/1Ba1m
Burmesische Python
Foto: picture-alliance/dpa

Kulit ular Piton seharga kurang lebih 1 miliar Euro atau sekitar 15,5 triliyun Rupiah masuk secara ilegal ke Eropa setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan industri fashion yang terus membengkak. Pemasok terbesar adalah Asia Tenggara yang tahun lalu mengekspor 500.000 kulit ular Piton ke pasar gelap di Perancis, Jerman dan Spanyol.

Informasi tersebut terungkap pada studi yang dibuat Python Conservation Partnership Found. "Laporan ini menawarkan solusi alternatif untuk mengelola bisnis kulit Piton yang permintaannya tengah meledak," kata Jean-Cristophe Vie, Direktur International Union for Conservation of Nature. "Meski begitu masih ada banyak jalan menuju transparansi dan pengelolaan yang lebih baik di pusat penangkaran Piton."

Lonjakan permintaan terhadap kulit Piton melesat tajam berkat booming yang dialami industri fashion Eropa. Merek-merek tenar seperti Calvin Klein, Prada atau Jimmy Choo, kerap menggunakan kulit hewan eksotis untuk memproduksi tas tangan, sepatu dan jaket.

Indonesia dan Malaysia Andalkan Piton Liar

Studi yang antara lain disponsori rumah mode ternama seperti Gucci itu menawarkan pusat penangkaran komersil sebagai solusi atas maraknya perdagangan gelap kulit Piton. Selama ini penangkaran Piton dinilai tidak menguntungkan karena ular tersebut membutuhkan waktu lama untuk tumbuh dan menelan biaya pakan yang relatif mahal.

Cina, Thailand dan Vietnam telah mengawali industri penangkaran Piton komersil. Cuma Indonesia dan Malaysia saja yang masih mengandalkan perburuan Piton liar untuk memasok permintaan dari luar negeri. Kedua negara tersebut adalah pemasok terbesar kulit ular Sanca Kembang dan Sanca Bodo.

IUCN mewanti-wanti, produk kulit Piton yang diklaim berasal dari penangkaran di Laos, Kambodja, Indonesia dan Malaysia harus "disikapi dengan hati-hati," karena pedagang biasanya memalsukan informasi terkait asal muasal Piton untuk memenuhi standar pembeli di Eropa.

Marie-Claire Daveu, Direktur Keberlangsungan di rumah mode Kering, mengatakan perubahan semacam itu bisa membantu industri Fashion, "menemukan pemasok yang bisa dipercaya dan berkesinambungan" serta mempermudah "pembuatan keputusan terkait pembelian kulit Piton."

rzn/ab (afp,rtr)