1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pasar Tanggapi Negatif Hasil Pemilu

10 April 2014

Hasil pemilu yang menempatkan PDI Perjuangan secara tak terduga meraih suara jauh di bawah harapan menimbulkan reaksi negatif di pasar saham dan mata uang Rupiah, dan menciptakan kebingungan politik.

https://p.dw.com/p/1Beuk
Foto: Reuters

Hasil hitung cepat pemilihan parlemen menunjukkan bahwa PDI-P tidak punya pilihan selain membuat kesepakatan dengan partai lain agar bisa menominasikan kandidat presidennya yang sangat popular dalam pemilihan 9 Juli mendatang.

Sebelumnya para investor antusias dengan kemungkinan bahwa Joko Widodo akan mempunyai cukup dukungan suara dari partai.

“Paling tidak, harapan bahwa pemilihan presiden kelihatannya akan pindah dari satu putaran menjadi dua putaran, yang artinya menambah masa ketidakpastian,“ tulis Trimegah Securities.

Rupiah, mata uang terkuat Asia tahun ini setelah mengalami pelemahan terburuk pada 2013, juga tergelincir, turun 0,3 persen menjadi 11.320 terhadap dollar Amerika pada perdagangan pagi. Namun mata uang rupiah masih berada pada kisaran tertinggi sejak akhir November tahun lalu sementara indeks saham utama juga masih dalam posisi terkuat sejak September, meski secara umum mengalami pelemahan menyusul hasil pemilu Rabu.

Harus berbagi kekuasaan

Sekarang terlihat sangat mungkin bahwa Jokowi, akan terpaksa membagian kekuasaan dengan partai lain jika ia ingin memenangkan kursi presiden.

Sebuah partai perlu 25 persen suara nasional, atau 20 persen kursi di parlemen sebagai syarat untuk bisa menominasikan kandidat sendiri. Jika kurang dari itu, maka PDI-P akan perlu membentuk koalisi dengan satu atau lebih dari 11 partai lain, agar bisa menominasikan Jokowi.

Hasil awal menunjukkan bahwa PDI-P hanya menang dengan suara di bawah 20 persen, terbanyak dibanding partai lain.

Sebagian besar analis mengatakan Jokowi akan memenangkan pemilihan presiden, namun pemilu parlemen Rabu lalu menunjukkan bahwa partainya gagal memanfaatkan popularitasnya.

Meski ia tidak punya pengalaman di panggung politik nasional, gayanya yang tanpa basa-basi dan pendekatannya yang santai dengan orang biasa telah mengangkat profil bekas pengusaha furnitur itu diantara rakyat negeri, yang disambut sebagai generasi baru pemimpin yang menandai perubahan dari dominasi orang-orang yang telah berkuasa lama dalam politik Indonesia.

PDI-P bulan lalu mencalonkan Jokowi sebagai presiden, namun sebuah survey menunjukkan bahwa ada cukup banyak orang yang tidak mengetahuinya.

Hasil pemilu parlemen juga merata di seluruh negeri daripada yang diharapkan, yang artinya akan lebih banyak fragmentasi di parlemen yang akan bisa mengakibatkan terhambatnya kebijakan di negara yang dilihat berulangkali gagal memaksimalkan potensi ekonominya.

Sementara itu pertumbuhan ekonomi melambat, dan diperkirakan akan berada pada kisaran lebih dari 5 persen tahun ini. Namun banyak ekonom yang mengatakan pertumbuhan itu terhambat oleh lemahnya infrastruktur, korupsi besar-besaran dan tahun-tahun kepemimpinan yang lemah di bawah presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

ab/rn (afp,rtr,ap)