1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pasca Serangan ke Gereja, Irak Berkabung

2 November 2010

Rasa berkabung mendalam menyelimuti penguburan puluhan korban penyerangan kelompok bersenjata Al Qaida di sebuah gereja, di Baghdad, Irak. Dalam serangan hari Minggu lalu, puluhan orang tewas, puluhan lainnya terluka.

https://p.dw.com/p/PwW1
Sebuah keluarga meninggalkan lokasi kejadianFoto: AP

Ratusan orang menghadiri upacara penghormatan terakhir bagi jenazah para korban penyerangan di Baghdad. Termasuk diantaranya jenazah kedua pastor yang tertembak dalam serangan kelompok Al Qaida hari Minggu lalu, Pastor Taher Saadallah Boutros dan Wassim Sabih.

Hanya dua peti mati yang berisi jenazah pastor yang diletakan di meja. Peti-peti jenazah lainnya diletakan di lantai. Sebelum upacara berkabung hanya ada tujuh peti jenazah di dalam gereja Santo Joseph. Peti-peti mati itu dikelilingi oleh bunga-bunga yang dikirimkan oleh jemaat gereja-gereja di Baghdad. Namun upacara penghormatan jenazah berulangkali terusik, ketika lebih banyak lagi peti-peti mati yang dibawa masuk ke dalam gereja.

Sebelumnya, para perempuan yang mengenakan pakaian berkabung warna hitam berhimpun bersama jemaat lain di luar rumah sakit Santo Rafael menemani dua jenazah pastor yang kemudian diangkut ke gereja untuk didoakan. Iring-iringan duka cita dari rumah sakit ke gereja itu, dikawal pasukan pengamanan.

Dalam drama penyanderaan di Gereja Katolik Baghdad Minggu lalu, puluhan orang tewas, sementara puluhan lainnya terluka. Seorang jemaat menceritakan: Kami sedang berdoa ketika serangan terjadi. Kami mendengar tembakan dan mereka merangsek ke dalam gereja. Mereka menahan kami di ruangan dan tak memperbolehkan siapapun kabur. Begitu banyak yang terbunuh di dalam maupun luar gereja.“

Empat jam setelah aparat keamanan Irak menyerbu gereja tersebut, para teroris yang merupakan afiliasi Al Qaida itu meledakkan ikat pinggang bahan peledaknya. Menteri pertahanan Irak Abdel Kader al-Obeidi menyebutkan: „Para teroris ingin membunuhi saudara-saudara Kristen, yang berada dalam keramaian. Operasi berhasil, semua teroris tewas. Di luat itu kami menahan beberapa tersangka.“

Paus Benediktus ke-16 menyebut insiden itu sebagai kekerasan yang tidak masuk akal dan kejam terhadap orang yang tidak berdaya. Ia juga mendesak upaya internasional lebih kuat untuk mengatasi segala bentuk kekerasan di Timur Tengah.

Tokoh Syiah terkemuka Irak, Ayatollah Ali al-Sistani mengutuk serangan berdarah itu. Sementara pemerintah berjanji akan menjamin pengobatan para korban luka, menyantuni keluarga korban tewas, dan memperbaiki gereja yang rusak secepatnya. Perdana Menteri Irak Nuri al Maliki dilaporkan memerintahkan penangkapan komandan polisi di distrik Karrada karena dianggap lalai menjalankan tugas pengamanan.

Setelah insiden itu, banyak warga Kristen menyebutkan situasi ini akan mendorong semakin banyak eksodus warga Kristen dari Irak. Jumlah warga Kristen di Irak sebelum invasi militer Amerika Serikat berjumlah 800 ribu orang, namun kini jumlahnya telah menyusut hingga 500 ribu orang.

Ayu Purwaningsih/DW/ AFP

Editor : Agus Setiawan