1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pasca Wabah E Coli Jerman Lebih Higienis

3 Agustus 2011

Setelah dua bulan Jerman dicekam ancaman epidemi E Coli mematikan. Epidemi bakteri E Coli juga menyebabkan kesadaran higienis mendapat perhatian lebih besar dalam kehidupan warga Jerman.

https://p.dw.com/p/129yM
Foto: picture-alliance/ ZB

Juli lalu Institut Robert Koch mengumumkan epidemi bakteri E coli terbesar di Jerman berakhir. Sejak pecahnya epidemi bakteri E coli mematikan Mei lalu, di Jerman 50 orang tewas akibat penyakit perdarahan saluran pencernaan hebat. Kasus penyakit yang tercatat ada lebih dari 4300 dan sekitar 850 pasien mengalami dampak terburuk dari infeksi bakteri E coli. Yakni sindrom uremik-hemolitik yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Bakteri Bakteri yang kebal antibiotika dan sejumlah obat-obatan anti bakteri itu memproduksi sel racun yang menghancurkan sel darah merah, sehingga memicu anemia. Sel darah merah menyumbat pembuluh darah halus di ginjal, sehingga menimbulkan kerusakan ginjal.

Guna menghentikan penyebaran infeksi bakteri E coli, badan berwenang Jerman pada saat masa krisis epidemi E. Coli antara lain mengeluarkan anjuran larangan bagi warga mengkonsumsi sayuran mentah dan himbauan mencuci tangan dengan sabun. Berdasarkan studi jajak pendapat Pusat Penelitian YouGov sekitar 40 persen warga Jerman mengubah kebiasaan pola makannya pada masa krisis epidemi bakteri E. coli. Tapi hanya 10 persen akan tetap mengubah pola makannya tersebut setelah berakhirnya epidemi e. coli. Setelah ada dugaan kuat bahwa bibit kecambah sejenis semanggi dari Mesir menjadi pemicu wabah bakteri E coli, dikeluarkan peringatan larangan mengkonsumsi kecambah. Jenis kecambah yang dikenal gemar dikonsumsi di Jerman antara lain kecambah selada sayur, kacang azuki, kacang hijau, klabet, alfafa dan linse.

Kini hanya dengan sedikit pengecualian, peringatan mengkonsumsi kecambah tidak lagi berlaku. Namun apakah kecambah akan menjadi makanan tambahan favorit seperti sebelum terjadinya wabah E. coli masih diragukan. Berdasarkan jajak pendapat 50 persen warga yang sebelum krisis epidemi E. Coli mengkonsumsi kecambah sebagai tambahan pada roti atau salad, tetap menghindari mengkonsumsinya.

Produksi dan budi daya kecambah benar-benar macet total setelah peringatan mengkonsumsinya. Sebelum itu peringatan serupa dikeluarkan dalam mengkonsumsi tomat, ketimun dan selada sayur mentah. Hal ini juga menyebabkan kerugian besar pada petani dan pedagang sayuran.

Epidemi bakteri E coli mematikan sudah berlalu. Tapi pemicu penyakit itu belum berhasil diatasi dan tidak tertutup kemungkinan kembalinya epidemi tersebut. Untuk mengantisipasinya dokter dan badan berwenang urusan bakteri E Coli akan lebih memperhatikan kasus dan laporan mengenai penyakit tersebut. Karena kasus penyakit bakteri e coli dapat ditularkan lewat manusia juga meskipun orang yang bersangkutan tidak lagi memiliki simptoma penyakit ini.

Selain itu penularan dapat langsung terjadi lewat bahan makanan yang terkontaminasi bakteri e coli. Itu pula yang menyebabkan anjuran tidak mengkonsumsi sayuran mentah dan mencuci tangan dengan sabun masih berlaku hingga sekarang mengingat bahaya sumber penyakit lainnya. Dikatakan ketua Institut Robert Koch Prof. Reinhard Burger. Masyarakat harus memperhatikan secara seksama kesehatan pribadinya. Ini termasuk menjaga kebersihan tangan, kebersihan WC dan higienis di dapur.

Dyan Kostermans/DW/dpa

Editor: Hendra Pasuhuk