1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PBB Dirikan Akademi Anti Korupsi

3 September 2010

Sekjen PBB Ban Ki Moon resmikan apa yang disebut sekolah tinggi pertama di dunia untuk pemberantasan korupsi. Sekolah itu didirikan di dekat ibukota Austria, Wina dan akan menawarkan pendidikan, pelatihan dan penelitian.

https://p.dw.com/p/P3qA
Sekjen PBB Ban Ki MoonFoto: AP

PBB mengatakan korupsi menghalangi pembangunan, memanipulasi hasil pemilu dan membahayakan keamanan. Badan dunia itu juga menambahkan, orang-orang miskin yang paling menderita karena dampaknya. Dengan dukungan kantor PBB yang menangani narkotika dan kejahatan, pemerintah Austria dan badan anti penipuan, International Anti-Corruption Academy atau akademi anti korupsi internasional memiliki tugas untuk mengentaskan korupsi melalui pendidikan, pelatihan dan penelitian akademi.

Profesi di Masa Depan

NO FLASH 2009 Corruption Perception Index
Peta indeks korupsi yang dibuat Transparency International tahun 2009

Mahasiswa lulusan sekolah tinggi ini akan menjadi hakim, penyelidik dan polisi di seluruh dunia. Dengan mereka akan bekerjasama tokoh di dunia keuangan, bisnis serta politik dan bekerjasama mempelajari penyebab dan penanganan kejahatan yang terorganisir dan penipuan. Martin Kreutner menjadi ketua komite yang menjalankan institusi baru tersebut. Ia berharap dapat menciptakan generasi baru pakar pembasmian korupsi.

Menurut Kreutner, akademi itu tentu tidak akan menghasilkan orang-orang super. Lulusannya lebih akan menjadi penghubung dan pengisi kekosongan, yang kadang timbul antara mereka yang terlibat langsung dalam praktek dan ilmuwan yang meneliti masalah.

Symbolbild Korruption im Gesundheitssystem
Gambar simbol: sogokan bagi dokterFoto: DPA

Korupsi Merugikan Dunia

Bank Dunia memperkirakan, korupsi merugikan ekonomi dunia sampai dua ribu milyar per tahunnya. Dana yang diperlukan untuk menjalankan akademi anti korupsi itu, jika dibandingkan, ibaratnya hanya seperti setetes air di lautan. Tetapi akademi ini mendapat dukungan politik dari berbagai negara penting. Misalnya pemerintah di Washinton mengatakan, menyambut baik cara baru untuk memerangi korupsi tersebut. Wolfgang Hetzer yang mengepalai badan anti penipuan dalam Uni Eropa mengatakan, ini bukan hanya masalah uang, penyogokan dan pembayaran kembali.

Menurutnya, korupsi memiliki dampak korosif pada masyarakat. Hetzer menambahkan, "Orang tidak percaya lagi bahwa ada persamaan di dunia ini, bahwa hukum berlaku bagi semua orang. Orang beranggapan, tidak ada lagi pengontrolan yang efisien atas kekuasaan, juga tidak ada gunanya pergi memberikan suara dalam pemilu karena ada cara lain untuk mencapai posisi tertentu dan tetap dalam posisi itu.“

Kombinasi Teori dan Praktek

BdT China Demonstration gegen Korruption in Peking
Seorang demonstran yang menentang korupsi di Cina memakai topi bertuliskan "pegawai pemerintah korup, ganti kehakiman" (Beijing, 04/05/09)Foto: AP

Akademi itu menyatakan akan mengadakan pemberantasan korupsi secara menyeluruh. Itu berarti, lulusannya akan mengkombinasikan teori dan praktek. Mereka akan dapat mengenali praktek-praktek korupsi, baik oleh orang yang menggunakan kedok maupun yang mengenakan jas dan dasi mahal.

Hetzer mengatakan lebih lanjut, "Biasanya orang berpikir, seseorang yang aktif dalam kejahatan terorganisir akan tampak kasar, menggunakan kekerasan dan menunjukkannya secara fisik. Mereka juga dikaitkan dengan kata-kata tertentu seperti narkotika lampu merah dan sebagainya. Tetapi aktif dalam kejahatan terorganisir tidak harus menggunakan semua itu.“

35 negara telah menandatangani dokumen yang mendasari pendirian akademi tersebut. Di antaranya sejumlah negara, di mana korupsi tidak tercatat atau diselidiki. Seminar dan kursus-kursus mulai hampir bersamaan dengan seluruh program akademis yang diawali tahun depan.

Kerry Skyring / Marjory Linardy

Editor: Asril Ridwan