1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PBB Kecam Eskalasi Kekerasan di Suriah

16 Mei 2013

Sidang Umum PBB mengecam penggunaan senjata berat oleh pasukan pemerintah. Eskalasi kekerasan di Suriah kini makin dramatis.

https://p.dw.com/p/18ZNF
NEW YORK, NY - MAY 15: French Ambassador Gerard Araud speaks ahead at the United Nations calling for a political transition in Syria on May 15, 2013 in New York City. (Photo by John Moore/Getty Images)
SU PBB di New YorkFoto: Getty Images

Resolusi Sidang Umum PBB yang diputuskan hari Rabu (15/05) menyatakan, menyambut pembentukan organisasi payung kelompok koalisi Suriah yang dinamakan Koalisi Nasional. Pembentukan koalisi ini penting bagi perubahan politik di negara itu, demikian disebutkan. Selain itu, Koalisi Nasional akan menjadi "mitra bicara yang efektif dan representatif“.

Resolusi tersebut diajukan oleh Qatar dan negara-negara Arab lain dengan dukungan negara-negara barat. Dalam Sidang Umum yang dihadiri wakil dari 178 negara, resolusi itu disetujui oleh 107 negara, 12 negara menyatakan menolak sedangkan 59 negara bersikap abstain.

Jerman termasuk negara yang mendukung resolusi tersebut. Duta Besar Jerman di PBB Peter Wittig menerangkan, teks resolusi "mencerminkan situasi mengerikan di Suriah dan mendesak untuk sebuah penyelesaian politik“.

Yang menolak resolusi tersebut antara lain Cina, Rusia dan Iran. Duta Besar Rusia di PBB Vitaly Churkin menyatakan, resolusi itu terlalu sepihak dan tidak seimbang. Ia menyebut resolusi yang diajukan akan menjadi hambatan bagi perundingan.

Berharap Pada Konferensi Suriah

Beberapa hari sebelumnya, Amerika Serikat dan Rusia sepakat untuk menggelar konferensi internasional mengenai Suriah. Persetujuan Rusia dinilai sebagai sebuah langkah maju, karena Rusia sampai saat ini merupakan salah satu pendukung rejim Bashar al Assad. Prakarsa ini bertolak dari konferensi bulan Juni 2012, yang mengusulkan pembentukan pemerintahan transisi di Suriah. Namun tidak disebutkan apakah Assad akan menjadi bagian dari pemerintahan transisi itu.

Dalam sebuah pertemuan di Swedia, Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan rekan sejabatnya dari Rusia Sergei Lavrov menyatakan optimis, bahwa konferensi Suriah bisa dilangsungkan. Dalam konferensi pers bersama-sama dengan Lavrov, Kerry mengatakan: "Kami sangat optimis, bahwa dalam waktu dekat semuanya akan terlaksana, sehingga dunia punya alternatif selain kekerasan dan kehancuran yang terlihat di Suriah selama ini.“

Dalam perang antara kelompok pemberontak dan rejim Suriah yang sudah berlangsung selama dua tahun, menurut perkiraan PBB sudah lebih dari 70.000 orang tewas. Sebuah kelompok pengamat hak asasi di London malah memperkirakan, jumlah korban tewas sekarang mencapai sekitar 94.000 orang.

Situasi Dramatis

Situasi bagi penduduk yang masih bertahan di Suriah makin dramatis. Daging, roti, susu dan sayuran sekarang menjadi barang mewah. Terutama harga roti makin lama makin mahal, demikian laporan program pangan dunia WFP. Menurut keterangannya, WFP membutuhkan dana sekitar 15 juta Euro setiap minggu untuk memberi makanan kepada 2,5 juta pengungsi di Suriah dan satu juta pengungsi asal Suriah yang ada di negara-negara tetangga.

Organisasi bantuan Jerman hari Kamis (16/05) menggalang aksi “Hari Aksi Suriah” untuk mengumpulkan sumbangan. "Sepertiga penduduk Suriah saat ini sulit bertahan hidup tanpa bantuan dari luar negeri“, kata Ketua Palang Merah Jerman, Rudolf Seiters. Ia menambahkan, yang sedang terjadi di Suriah adalah suatu bencana kemanusiaan.

HP/FK (dpa, afp, rtr)