1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialGlobal

PBB: Sekitar 110 Juta Orang di Dunia Terpaksa Mengungsi

Shakeel Sobhan
14 Juni 2023

Laporan badan PBB urusan pengungsi UNHCR mengatakan tidak hanya negara kaya, negara-negara miskin juga memikul tanggung jawab secara tidak proporsional untuk menampung para pengungsi.

https://p.dw.com/p/4SXjd
Pengungsi menaiki kereta evakuasi di Kherson, Ukraina
Perang di Ukraina menjadi penyebab utama banyaknya jumlah pengungsi, dari 27.300 orang pada akhir tahun 2021 menjadi 5,7 juta orang pada akhir tahun 2022Foto: Oleksandr Klymenko/REUTERS

Berdasarkan laporan badan PBB urusan pengungsi UNHCR yang dirilis hari ini (14/06), jumlah pengungsi di seluruh dunia menembus rekor 110 juta orang. Angka tersebut meningkat karena sejumlah konflik yang belum mereda, termasuk perang di Sudan dan Ukraina.

Laporan itu menunjukkan pemindahan paksa global terus meningkat tanpa henti pada tahun 2023, menandai peningkatan yang signifikan sebesar 19,1 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh konflik dan perubahan iklim.

UNHCR juga mengungkapkan bahwa negara-negara miskin secara tidak proporsional memikul tanggung jawab untuk menampung para pengungsi.

Mereka yang terlantar sering kali berakhir di negara terdekat, bahkan jika kondisinya sedikit lebih baik. Sementara banyak negara Barat tetap enggan menerima orang-orang yang terpaksa meninggalkan tanah air mereka.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi mengatakan bahwa tanpa solusi, "konsekuensinya adalah kehancuran, pemindahan, dan kesedihan bagi jutaan orang yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka."

Laporan tersebut juga menyoroti bahwa hampir 4,4 juta orang di seluruh dunia tidak memiliki kewarganegaraan atau kewarganegaraannya tidak dapat ditentukan pada akhir tahun 2022, angkanya lebih banyak 2% dibandingkan tahun sebelumnya.

Perang Ukraina menelantarkan jutaan orang

Menurut laporan Global Trends in Forced Displacement 2022 dari UNHCR, setidaknya 35,3 juta orang terlantar dikategorikan sebagai pengungsi, setelah melintasi perbatasan internasional untuk mencari keselamatan. Porsi yang lebih besar, 58% dan mewakili 62,5 juta orang, juga terpaksa mengungsi di negara mereka sendiri.

Perang di Ukraina menjadi penyebab utama tingginya angka pengungsian karena jumlah pengungsi meroket dari 27.300 pada akhir tahun 2021 menjadi 5,7 juta pada akhir tahun 2022. Tragedi ini menjadi arus pengungsi terbesar sejak Perang Dunia II.

Selain itu, Kolombia dan Peru melaporkan jumlah warga Venezuela yang mencari perlindungan internasional lebih tinggi, sementara laporan tersebut memperkirakan bahwa jumlah pengungsi Afganistan di Iran juga membengkak.

Negara-negara miskin menanggung beban

Laporan UNHCR menyoroti negara berpenghasilan rendah dan menengah, bukannya negara kaya, terus memikul beban menampung pengungsi. Meskipun menyumbang kurang dari 1,3% dari produk domestik bruto global, 46 negara terbelakang menampung lebih dari 20% dari semua pengungsi.

Grandi menyerukan lebih banyak dukungan internasional dan pembagian tanggung jawab yang lebih adil, terutama dengan negara-negara yang menampung sejumlah besar pengungsi.

Pada saat yang sama, laporan tersebut juga menawarkan secercah harapan ketika menunjukkan bahwa di antara mereka yang terpaksa melarikan diri sebelumnya, banyak yang dapat kembali dengan sukarela dan selamat.

Pada tahun 2022, lebih dari 339.000 pengungsi kembali secara sukarela ke 38 negara, sementara 5,7 juta pengungsi internal pulang ke Etiopia, Myanmar, dan Suriah.

(ha/hp)