1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PBB Serukan Suriah Hentikan Kekerasan

Tamas Szabo15 Januari 2012

Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB, Ban Ki Moon kembali menyerukan Presiden Suriah Bashar al-Assad agar mengakhiri kekerasan di negara tersebut.

https://p.dw.com/p/13k4p
Presiden Bashar al Assad ancam gunakan tangan besiFoto: dapd

Presiden Bashar al-Assad memberikan amnesti bagi semua tahanan kriminal yang dipenjara sejak munculnya aksi demonstrasi anti pemerintah Maret tahun lalu. Pengampunan diberikan kepada para desertir militer yang menyerahkan diri sebelum akhir bulan Januari, serta para demonstran dan mereka yang memiliki senjata tanpa ijin.

Sejauh ini, lebih dari 20 ribu tentara pemerintah desertir dan berbalik melawan rejim Assad. Puluhan ribu orang juga ditahan sejak pecah demonstrasi anti Presiden Bashar Al Assad, Maret tahun lalu.

Pemerintah Suriah hingga kini mengabaikan seruan internasional untuk menghentikan kekerasan. Pekan lalu dalam sebuah pidato, Presiden Assad kembali menuduh kekuatan asing sedang mencoba mengganggu stabilitas Suriah. Ia bersumpah akan menghancurkan apa yang ia sebut sebagai teroris dengan menggunakan tangan besi.

Tekanan, makin keras mengarah kepada Damaskus. Hari Minggu (15/1), Sekjen PBB Ban Ki Moon kembali menyerukan kepada Presiden Bashar al Assad, agar menghentikan kekerasan ”Hari ini (15/1), sekali lagi saya katakan kepada Presiden Assad dari Suriah: hentikan kekerasan. Berhenti membunuh rakyat sendiri. Jalan represi adalah buntu. Pelajaran setahun terakhir ini adalah besar dan jelas. Angin perubahan tak akan mereda. Api yang dinyalakan di Tunisia, tidak akan mati”.

Pernyataan ini disampaikan Sekjen PBB dalam sebuah konferensi tentang demokrasi Arab yang berlangsung di negara tetangga Suriah, yakni Lebanon. Dalam forum itu, sekjen PBB menyebut telah tiba waktunya bagi rakyat Arab untuk melakukan perubahan "Untuk waktu yang lama, orang-orang Arab berada di pinggir. Mereka hanya menyaksikan, saat yang lain menjatuhkan tirani, sebagaimana terjadi di Eropa, Asia, dan Afrika. Mereka kini bertanya: kenapa kita tidak? Kenapa begitu sedikit demokrasi di bagian dunia yang begitu penuh potensi? Sekarang waktunya telah datang, dan kini waktu bagi anda telah tiba“.

Sebelumnya, pada hari Sabtu (14/1), Emir Qatar: Sheikh Hamad bin Khalifa al Thani mengatakan, negara-negara Arab harus mengirimkan pasukan ke Suriah, untuk menghentikan pertumpahan darah. Inilah untuk pertama kalinya, seorang pemimpin Arab secara terbuka menyerukan intervensi militer di Suriah.

Hari Kamis (19/1) nanti, misi pemantuan yang dilakukan Liga Arab akan berakhir. Misi ini gagal mencapai tujuan utama untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan pemerintah Suriah. Hingga kini, Liga Arab belum menentukan langkah berikutnya yang akan mereka tempuh. Bisa jadi, mereka akan menyerahkan kepada PBB.

Dalam kasus Libya, langkah Liga Arab menyerahkan kepada PBB membawa konsekuensi dikeluarkannya resolusi Dewan Keamanan, yang memberi otoritas kepada pasukan NATO untuk melindungi warga sipil dengan jalan melumpuhkan kekuatan militer Libya. Ujung cerita itu: Muammar Gaddafi terpental dari kekuasaannya.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris David Cameroon mengaku telah mempersiapkan resolusi baru atas Suriah, yang akan diajukan kepada Dewan Keamanan PBB "Dari perspektif kami, Presiden Assad telah kehilangan kepercayaan dari rakyatnya. Dan karenanya tidak mengejutkan kalau anda melihat bagaimana pasukan keamanan melakukan tindakan brutal kepada rakyat. Mengerikan, apa yang terjadi di sana.”

Hingga kini, PBB memperkirakan lebih dari 5000 orang tewas akibat represi brutal yang dilakukan rejim Bashar al Assad terhadap para demonstran anti pemerintah.

Andy Budiman

Editor: Ayu Purwaningsih