1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pelaku Pemerkosaan di India Diajukan ke Pengadilan

Priya Esselborn7 Februari 2013

Pemerkosaan brutal yang menewaskan seorang perempuan di India akhir tahun lalu mendapat sorotan luas. Para pelaku sekarang diajukan ke pengadilan di New Delhi.

https://p.dw.com/p/17Yyc
A police van carrying five men accused of the gang rape and murder of an Indian student arrives at a court in New Delhi January 7, 2013.
Indien Vergewaltigung ProzessFoto: Reuters

Publik menanti dengan tegang kesaksian lelaki berusia 28 tahun yang pada malam kejadian mendampingi korban. Ia menjadi saksi utama di pengadilan khusus ini. Ia sendiri dianiaya oleh para pelaku. Ia didorong masuk ke pengadilan di atas kursi roda oleh ayahnya. Ia sendiri masih mengalami traume berat dari aksi kejahatan yang terjadi tanggal 16 Desember 2012 itu. Peristiwa ini telah mengubah hidupnya. Sidang pengadilan hari pertama digelar Selasa (05/2).

Para tertuduh digiring masuk ruang pengadilan dengan tangan diborgol. Muka mereka diberi tutup kain hitam. Lelaki pendamping korban sudah dengan jelas mengidentifikasi kelima pelaku aksi kejahatan dalam bis yang dinaiki pasangan itu setelah menonton film di bioskop. Para pelaku menganiaya korban perempuan dengan begitu kejam, sehingga korban perempuan berusia 23 tahun itu meninggal dua minggu setelah kejadian. Pihak kejaksaan menyebutkan bahwa bukti-bukti yang dikumpulkan sangat meyakinkan. Dakwaan yang diajukan adalah pembunuhan, perkosaan dan penculikan. Jika dinyatakan bersalah, pelakunya bisa dihukum mati.

Harapan Perubahan

Sejak berminggu-minggu India terus dilanda aksi protes. Setelah peristiwa tragis itu, media India seperti hanya mengenal satu tema, yaitu perubahan. Pengacara Abhay Mohan bekerja di Pengadilan Tertinggi di New Delhi. ”Kasus ini telah membuat masyarakat panik dan benar-benar membangkitkan ketakutan. Jadi orang ramai-ramai turun ke jalan, tanpa diminta”, demikian ia bercerita kepada Deutsche Welle. Ini semua memperjelas, betapa dalam rasa takut yang ada.

Indien Vergewaltigung Proteste
Aksi protes menentang perkosaan di IndiaFoto: Reuters

Menurut penelitian representatif yang dilakukan oleh ”International Center for Research on Women”, sebuah lembaga non pemerintah di New Delhi, 50 persen dari responden pria menyatakan sudah pernah melakukan pelecehan terhadap perempuan. Hanya lima persen dari responden perempuan yang mengatakan mereka merasa aman di kota New Delhi. Hasil ini bisa diberlakukan juga pada kota-kota lain.

Undang-Undang Baru

Aksi demonstrasi besar-besaran yang digelar di berbagai kota di India setelah kejadian ini memaksa pemerintah dan masyarakat memikirkan lagi peran perempuan. Pemerintah India membentuk dua komisi pemeriksa. Komisi pertama memeriksa berbagai kegagalan polisi dan lembaga peradilan ketika mengusut kasus ini. Komisi yang kedua menyusun laporan tentang situasi perempuan setebal 630 halaman dan memberikan berbagai rekomendasi, bagaimana perempuan bisa dilindungi lebih baik dari aksi pelecehan dan kekerasan seksual.

Komisi yang dipimpin oleh mantan Hakim Agung J.S. Verma antara lain mengusulkan, hukuman penjara atas pelaku perkosaan ditingkatkan menjadi 20 tahun, untuk perkosaan kelompok menjadi seumur hidup. Jika korban meninggal atau koma, maka bisa dijatuhkan hukuman mati. Sanksi hukum untuk perdagangan manusia dan memaksa orang melakukan prostitusi juga dinaikkan. Rekomendasi ini telah ditandatangani oleh Presiden Pranab Mukherjee hari Minggu lalu (03/2) dan sudah berlaku sebagai aturan hukum. Anggota komisi juga mengusulkan agar tenaga hakim dan penyidik ditambah, agar kasus-kasus yang selama ini terbengkalai bisa diselesaikan. Menurut perkiraan, ada sekitar 95.000 kasus di seluruh India yang belum diselesaikan. Komisi pemeriksa mengusulkan sekitar 80.000 butir perubahan untuk hukum pidana.

A demonstrator holds a placard during a protest outside a court in New Delhi January 21, 2013.
Protes dengan plakat: tak ada pakaian yang mengundang perkosaanFoto: Reuters

Debat Tentang Hukuman Remaja

Sebenarnya ada 6 orang pelaku dalam tindakan kejahatan perkosaan itu. Tetapi pelaku ke enam masih di bawah umur. Pria berusia 17 tahun itu akan diajukan ke Pengadilan Remaja. Namun ia digambarkan sebagai pelaku yang bertindak paling brutal. Karena itu, banyak orang di India yang menuntut agar hukuman remaja diubah dengan menurunkan batas usia dewasa. Di Swiss misalnya, anak muda berusia 16 tahun sudah dianggap dewasa. Sedangkan di Kanada, remaja berusia 14 sampai 17 tahun yang melakukan tindakan kejahatan berat bisa dikenakan sanksi hukum orang dewasa.

Menurut sensus terakhir di India dari tahun 2011, sekitar 40 persen penduduknya berusia di bawah 18 tahun. Tetapi menurut catatan statistik kriminal, hanya dua persen tindak kejahatan dilakukan oleh remaja. Karena itu Amod Kant, pendiri organisasi bantuan anak ”Prayas”, menganggap tuntutan perubahan hukuman remaja terlalu berlebihan. Menurut Kant, di seluruh India ada sekitar 33.000 tindak kejahatan yang dilakukan remaja setiap tahun. Dari jumlah itu, hanya sekitar 10 persen yang dikategorikan sebagai kejahatan berat. ”Apakah masyarakat kita sudah tidak mampu lagi melakukan sesuatu untuk 3000 pelaku kriminal ini, supaya mereka bisa kembali ke jalan yang benar?

Amod Kant bekerja sejak 25 tahun dengan anak-anak dan remaja. ”Dari para remaja yang dituduh bertanggung jawab melakukan tindakan kriminal, 20 persen hidup dalam kondisi keluarga yang sulit. Mereka buta aksara atau putus sekolah. Kehidupan keluarganya hancur, dan karena itu mereka menjadi pelaku kriminal.” Jadi yang perlu dilakukan India bukan mengubah hukuman untuk remaja, tetapi mengubah masyarakat.” Banyak orang di India berpendapat, perubahan undang-undang dan diskusi yang luas bisa memberi impuls bagi perubahan masyarakat.