1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pelanggaran HAM Serius Di Bawah Kepemimpinan Raul Castro

20 November 2009

Beralihnya kepemimpinan Kuba dari Fidel Castro ke saudara laki-lakinya Raul, dinilai gagal untuk mengakhiri pelanggaran hak-hak asasi manusia, termasuk dalam hal melakukan kekerasan terhadap para pembangkang.

https://p.dw.com/p/Kbmp
Presiden Kuba, Raul CastroFoto: AP

Laporan terkini organisasi pemantau hak asasi manusia Human Rights Watch menyimpulkan pelanggaran hak asasi manusia di Kuba masih terus berlangsung, meski kepemimpinan sudah bergeser dari Fidel Castro ke saudara laki-lainya, Raul. Kekerasan masih terus dilakukan terhadap pembangkang, seperti misanya terhadap 40 orang yang ditahan atas tuduhan „membahayakan negara.“ Kondisi penjara di Kuba pun mencemaskan. Seorang aktivis perempuan Kuba Laura Pollan Toiledo menceritakan:

„Kami dapat katakan, sejak Raul memgambil kekuasaan, situasi semakin memburuk. Sebelumnya kami sudah ditekan, kini tekanannya lebih berat lagi.“

Semenjak embargo ekonomi Amerika Serikat terhadap Kuba terbukti tidak efektif, Amerika Serikat bersekutu dengan Uni Eropa, Kanada dan Amerika Latin menerapkan sanksi bersama dan memberikan pemerintah di Havana waktu enam bulan untuk membebaskan semua tahanan politiknya. Daniel Wilkinson salah satu penulis laporan HRW mengatakan: „kini tekanan internasional terhadap konndisi HAM di Kuba tak efektif lagi.

Laporan berjudul „Castro yang Baru, Kuba yang Tak Berubah“ yang dipublikasikan HRW, menceritakan bagaimana para aktivis politik dan aliran hidup dalam ketakutan terus-menerus.

Meski banyak terjadi hambatan untuk meneliti, HRW mendokumentasikan lebih dari 40 kasus penahanan di Kuba. Jumlah yang ditahan diperkirakan lebih banyak ketimbang laporan yang berhasil dihimpun HRW. Laporan itu diteliti dengan sangat teliti, dengan diam-diam mewawancarai lebih dari 60 orang.

Laporan HRW yang baru dirilis ini merupakan laporan pertama HRW atas Kuba di bawah Raul Castro, yang mengambil alih kepemimpinan Kuba pada bulan Juli 2006, setelah Fidel jatuh sakit. Namun Fidel masih belum melepas kepemimpinannya di partai Komunis Kuba dan menjadi komentator politik.

Banyak pengamat politik yang menaruh harap atas Raul. Mantan pimpinan militer berusia 77 tahun itu melakukan keterbukaan politik dan ekonomi bagi negara berpenduduk 11 juta jiwa tersebut. Namun untuk mempertahankan kekuasaan, Raul masih menjalankan mesin represifnya, dengan menerapkan hukum yang tidak adil bagi orang-orang yang memperjuangkan hak mendasar. Di tengah terpaan kesulitan ekonomi, awal tahun ini, rezim Raul meluncurkan kampanye Operasi Kemenangan, yang menahan ratusan pemuda hanya dengan alasan misalnya karena mereka penganggur.

Contoh kasus laporan HRW mengangkat kasus pembangkang Ramon Velazquez Torazo, yang pada Desember 2006 bersama anak dan istrinya menyerukan dihentikannya penahanan politik. Bulan Januari 2007 ketiganya ditangkap di Camaguey, Ramon kemudian dijebloskan ke penjara dengan tudingan membahayakan negara, selagi menganggur. Dalam persidangan yang hanya berlangsung kurang dari satu jam, ia divonis tiga tahun penjara. Istrinya hidup dalam tekanan dan anaknya melarikan diri ke AS.

Kasus terbaru menimpa pemenang lomba blog, blogger Yoani Sanchez, yang blognya menceritakan kehidupan keseharian yang kelam di Kuba, bersama dua kawannya ditangkap dan dipukuli awal bulan ini. (afp/ap/AP/AS)