1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kader Bela Negara: "Selalu Siap Ikuti Perintah Atasan"

7 Juni 2016

Salah satu pusat pelatihan 'Bela Negara' ada di Bogor. Instrukturnya anggota militer dan kalangan pejabat Kementerian Pertahanan. Sampai 2018, Kementerian Pertahanan akan membangun 900 pusat pelatihan.

https://p.dw.com/p/1J1oj
Indonesien Bela Negara defend the nation Programm
Foto: Reuters/D.Whiteside

Yakobus Mebri melangkah di depan teman-teman sekelasnya di lokasi pelatihan Bela Negara di Bogor. Dia meneriakkan slogan-slogan untuk membakar semangat para peserta, yang menjawab slogannya dengan gemuruh.

Kelas Pelatihan Bela Negara baru saja dimulai. Instruktur militer mereka, Mayor Jenderal Hartind Asrin, lalu meminta para peserta duduk untuk mendengarkan pengarahan Bela Negara.

"Kita harus lebih waspada terhadap potensi ancaman yang berkembang," kata dia. Para peserta pelatihan mengikuti pengarahan dan rajin mencatat di buku mereka.

Pusat pelatihan Bela Negara di Bogor ini cukup luas. Di sinilah kader-kader gerakan Bela Negara sedang ditempa. Instrukturnya adalah anggota militer dan pejabat dari kementerian Pertahanan. Musuh utama mereka: komunisme, narkoba dan homoseksualitas.

Para instruktur menekankan pentingnya perlindungan negara terhadap "pengaruh" yang menyimpang dari prinsip-prinsip dasar dan norma-norma negara Indonesia.

Selama beberapa bulan terakhir, gerakan ini sepert imendapatkan momentum. Sebagian adalah reaksi penentangan setelah Presiden Joko Widodo mendukung penyelidikan pembantaian massal anti komunis tahun 1965-66. Para sejarawan memperkirakan sedikitnya 500.000 orang tewas dalam kekerasan brutal yang dipicu oleh militer, setelah enam jenderal milter diculik dan dibunuh.

Indonesien Bela Negara defend the nation Programm
Foto: Reuters/D.Whiteside

Pemerintah Indonesia hingga saat ini menolak pernyataan maaf kepada keluarga korban pembunuhan massal dan represi terhadap semua orang yang dicurigai terlibat PKI atau pendukung Soekarno. Ketika Jokowi memberi isyarat akan meminta maaf, atau mengakui adanya pembunuhan massal, sebagian kalangan elit militer lalu marah.

"Mereka layak untuk mati"

Menteri Pertahanan Jenderal Purnawirawan Ryamizard Ryacudu mengatakan kepada kantor berita Reuters baru-baru ini bahwa komunis sekarang mungkin mau membalas dendam. Tapi dia yakin, pembunuhan massal 1965-66 memang sudah sewajarnya.

Indonesien Bela Negara defend the nation Programm
Foto: Reuters/D.Whiteside

"Itu adalah pemberontakan, jadi mereka pantas mati," katanya dalam simposiun tandingan yang baru saja digelar di Jakarta, sebagai jawaban atas pelaksanaan Simposium 1965 yang didukung oleh Jokowi dan Menteri Koodinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan.

Penyelenggara simposium tandingan yang didukung oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu secara tegas menyuarakan kekhawatiran mereka atas bangkitnya apa yang mereka sebut "PKI Baru". Menurut Ryamizard, gerakan PKI baru sudah aktif di berbagai tempat. Jendral Purnawirawan Kivlan Zein bahkan menyebut sudah ada 15 juta pengikut PKI saat ini.

Tapi kalangan pengamat beranggapan, isu kebangkitan PKI dan intimidasi beberapa waktu sebelumnya terhadap kelompok LGBT dan apa yang disebut 'pengaruh asing' adalah upaya sebgaian kalangan tentara untuk kembali ke sistem Dwi Fungsi, di mana militer punya peran besar di berbagai bidang kehidupan warga.

Indonesien Bela Negara defend the nation Programm
Foto: Reuters/D.Whiteside

900 Pusat Pelatihan di Seluruh Indonesia

Instruktur "Bela Negara" Mayjen. Asrin menjelaskan kepada Reuters, program ini dilaksanakan untuk memperkuat nilai-nilai nasionalisme, dan sekarang sudah ada sekitar 1,8 juta orang yang sudah telah mendaftarkan diri.

Dia juga menjelaskan, akan dibangun sekitar 900 pusat pelatihan Bela Negara di seluruh Indonesia sampai awal 2018. Fasilitas, bahan pelajaran dan pendanaannya akan disediakan oleh pemerintah. Sedangkan pelatih-pelatihnya berasal dari militer atau polisi, kata Mayjen. Asrin.

Semangat "Bela Negara" dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, kata Gianto, salah satu dari seüpuluh instruktur militer di Bogor. Misalnya, melaporkan rekan yang nakal kepada pihak berwenang, jelasnya. Selain mendapat ceramah-ceramah, peserta juga mendapat pelatihan praktis cara menggunakan senjata.

Gianto menerangkan, kepada peserta harus ditanamkan prinsip "satu untuk semua, semua untuk satu". Jika misalnya ada satu anggota kelompok melakukan kesalahan, maka yang dihukum adalah semua anggota kelompoknya.

Kader tim bela Negara Yakobus Mebri menngatakan, pelatihan ini membantu pembentukan karakternya.

"Kursus ini membantu saya membentuk karakter dan kepribadian saya. Jadi saya akan menjadi orang yang kuat, bertekad, jujur, dan yang selalu siap mengikuti perintah atasan saya," katanya.

hp/rn (rtr)