1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Philippinen Anti-Piraten-Training

21 Januari 2010

Menimbang ancaman bahaya perompak khususnya di kawasan perairan Tanduk Afrika maupun di kawasan perairan bebas lainnya, para pelaut Filipina kini harus mengikuti pelatihan anti bajak laut.

https://p.dw.com/p/LcsO
Gambar simbol: kapal barang, target para perompakFoto: dpa/Montage DW

Di tempat yang dikenal dengan nama taman pelaut di ibukota Filipina, Manila, ratusan pelaut berkumpul setiap hari, mengadu peruntungan lewat salah satu biro jasa di sana untuk dapat memperoleh pekerjaan di sebuah kapal barang atau kapal tanker. Kini, menimbang ancaman bahaya perompak di kawasan perairan Tanduk Afrika maupun kawasan perairan bebas rawan perompakan lainnya, para pelaut Filipina itu harus mengikuti pelatihan anti bajak laut. Program pelatihan itu telah disepakti oleh serikat pekerja pelaut, perusahaan pelayaran serta pemerintah Filipina.

Artinya, sekitar 400.000 pelaut Filipina harus mengikuti program ini. Hal itu dapat dimengerti, karena sekitar 40 persen dari seluruh awak kapal barang atau kapal tanker di seluruh dunia adalah pelaut dari Filipina. Karenanya pelaut Filipina amat sering mengalami aksi perompakan, kata wakil ketua perhimpunan pelaut Filipina, Butch Lamug.

Program pelatihan terbaru itu mendapat tanggapan positif dari para pelaut Filipina. Tindakan menghadapi bajak laut kini menjadi prosedur sehari-hari di lautan, kata Renato Elano, seorang pelaut yang sedang mencari pekerjaan di kapal barang.

Sejumlah pelaut Filipina yang sudah menjadi korban perompakan menceritakan, kebanyakan bajak laut hanya mengincar barang berharga. Michael seorang pelaut menceritakan, tahun 2008 lalu kapalnya disergap bajak laut di Selat Malaka, ketika sedang membuang sauh di kawasan perairan dekat Medan. Bajak laut tidak mengganggu para pelaut tapi merampas semua barang berharga milik mereka.

Pelatihan itu berorientasi pada saran yang diberikan Biro Maritim Internasional di London dan pusat pelaporan kasus perompakan internasional di Kuala Lumpur. Yang terpenting adalah pengetahuan untuk mencegah jangan sampai bajak laut dapat naik ke dalam kapal.

“Semua kapal yang melintasi perairan Aden diberi petunjuk, untuk mengikuti aturan standar. Diantaranya, menempatkan penjaga di anjungan sepanjang waktu. Memasang penerangan di waktu malam, memasang jaring, pagar kawat berduri atau pagar berlistrik di dinding bagian luar kapal, untuk mencegah masuknya perompak. Manuver pertahanan dan kecepatan tinggi, karena di atas kecepatan 15 knot, kapalnya akan sulit dibajak,“ lebih lanjut diungkapkan Butch Lamug.

Sejauh ini tidak ada rencana membekali awak kapal dagang dengan senjata. Perlawanan bersenjata terhadap para perompak tetap merupakan tugas dari patroli kapal perang internasional yang melakukan misinya di perairan bersangkutan.

Bernd Musch-Borowska/Agus Setiawan

Editor: Asril Ridwan