1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembangkang Yaman Serukan Pengalihan Kekuasaan

6 Juni 2011

Rakyat Yaman merayakan era baru dengan penuh harapan, tanpa Presiden Ali Abdullah Saleh, yang kini menjalani perawatan di Arab Saudi, setelah menjalani operasi di dadanya.

https://p.dw.com/p/11VAv
Minggu (05/06), ribuan orang turun ke jalanan kota Sanaa merayakan kepergian Presiden Saleh ke Arab SaudiFoto: picture alliance/dpa

Di Riyadh, Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, yang terluka akibat serangan roket di sebuah mesjid di komplek istana, kini mulai pulih. Sementara itu di Sanaa, ribuan orang turun ke jalan merayakan kepergiannya. Seorang warga berujar, "Bagaimana saya menggambarkan perasaan ini? Kami gembira. Itu saja. Kami menjatuhkan rejim dengan revolusi damai. Terimakasih. Kami senang sekarang dan seperti hari Lebaran. Ini yang pertama ada di benak saya, ini hari raya bagi kami."

Komite Pemuda yang berperan penting dalam aksi protes terhadap Saleh, hari Senin (06/06), menyerukan langkah cepat pergantian kekuasaan. Presiden Saleh telah 33 tahun berkuasa.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh komite pemuda, disebutkan bahwa situasinya mendesak, bahwa seluruh kekuatan nasional dan politik memulai pembentukan dewan presiden interim serta mendirikan dewan transisi nasional. Komite Pemuda juga menyerukan pembentukan “pemerintahan teknokrat” untuk memimpin transisi tersebut.

Kelompok pemuda, yang merupakan penyelenggara demonstrasi dengan aksi menduduki lapangan di Sanaa sejak Februari, mendorong orang-orang merayakan apa yang mereka sebut sebagai “pengusiran terhadap Saleh” Selain di ibukota Yaman, perayaan apa yang mereka sebut berakhirnya era Saleh, juga dirayakan di kota terbesar kedua di negeri itu, Taez.

Juru bicara revolusi Wasim al-Qurshi mengatakan, "Kami akan melanjutkan perjuangan kami. Kami sekarang baru mencapai langkah pertama dari revolusi yang kami rayakan sekarang sebagai fase awal revolusi. Ini bukan akhir revolusi, kami akan melanjutkan perjuangan sampai mencapai semua tujuan, kami akan terus rally dan berkemah sampai kami yakin bahwa kami membangun Yaman yang baru."

Sementara itu, pihak oposisi berjanji akan sepenuh tenaga mencegah kepulangan Saleh ke Yaman. Juru bicara kelompok oposisi di parlemen, Muhammed Qahtan, mengatakan, mereka memandang hal ini sebagai awal berakhirnya rezim tirani dan korup.

Di lain pihak, Partai Kongres Rakyat Umum atau GPC, yang merupakan partai pemerintah, mengungkapkan kepada media Al Arabiya, bahwa Presiden Saleh akan kembali ke Yaman dalam beberapa hari ke depan.

Sabtu (04/06), dengan sebuah pesawat udara, Saleh diterbangkan ke rumah sakit di Riyadh. Pesawat lainnya, mengangkut rombongan anggota keluarganya. Akibat ledakan yang terjadi pekan lalu di istana, Saleh menderita luka bakar dan gores di wajah dan dadanya. Pemerintah menyalahkan kelompok pembangkang yang dipimpin Syek Sadiq al-Ahmar atas serangan itu. Selama sebulan ini, anak buah Al Ahmar bertempur melawan pasukan pemerintah di Sanaa.

Minggu (05/06), pihak Al Ahmar sepakat untuk mengadakan gencatan senjata, menarik pasukannya dari gedung-gedung publik, menyusul permintaan dari Wakil Presiden Yaman Abdrabuh Mansur Hadi. Namun, Senin (06/06), di tengah gencatan senjata, tiga penembak gelap menembak mati tiga pendukung Al Ahmar, di utara Sanaa.

Ayu Purwaningsih/rtr/afp/dw

Editor: Hendra Pasuhuk