1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembebasan Tahanan Taliban Bebani Hubungan AS dan Afghanistan

Esther Felden4 Januari 2014

Peringatan Washington menghilang tanpa bekas. Pemerintah Afghanitsan bersikeras membebaskan 88 tersangka teroris dari penjara militer Baghram. Langkah tersebut membebani hubungan kedua negara yang sarat konflik

https://p.dw.com/p/1Akr2
Afghanistan Bagram Gefängnis
Foto: Getty Images

Buat Dave Lapan situasinya jelas. Menurut Jurubicara Militer AS di Afghanistan itu, 88 tahanan yang bakal dibebaskan pemerintah Afghanistan adalah "individu berbahaya" yang berasal dari kelompok Taliban dan Al Qaida.

Washington berupaya mewanti-wanti Kabul, bahwa tahanan tersebut menyimpan ancaman keamanan. Sebab itu tahanan tersebut harus diserahkan kepada "sistem pengadilan resmi di Afghanistan."

Komisi Revisi Tahanan bentukan pemerintah Afghanistan menyimpulkan hal berbeda. Tudingan berat yang diarahkan oleh Amerika Serikat harus "diiringi dengan bukti-bukti yang kuat.," kata salah seorang anggota komisi Abdul Shakoor Dadras kepada Deutsche Welle.

"Cuma tudingan saja tidak cukup untuk menangkap seseorang." Hal semacam itu menurutnya tidak bisa dipertanggungjawabkan di hadapan penduduk Afghanistan.

Konflik Beraroma Politik

Sejak beberapa bulan terakhir isu ini menciptakan keretakan antara pemerintah kedua negara. Maret 2013, pemerintah AS menyerahkan tanggungjawab terhadap penjara militer di Bagram kepada Afghanistan. Tidak lama kemudian, Kabul memerintahkan pembebasan 648 tahanan - di antaranya 88 orang yang saat ini masih dibui.

"Menurut penyidikan kami, akta terdakwa tidak selaras dengan Undang-undang Afghanistan," kata Abdul Shakoor Dadras. "Sebab itu dakwaan terhadap para tahanan tidak berlaku di mata hukum."

Abdul Ghafoor Liwal, Kepala Pusat Studi Regional di Kabul menilai pembebasan ke-88 tahanan tersebut sebagai pesan pemerintah kepada kelompok ekstremis Islam. "Afghanistan ingin menggulirkan proses damai. Dan dengan langkah ini pemerintah ingin mengisyaratkan keseriusannya terhadap Taliban," tuturnya kepada DW.

Untuk menemukan solusi dalam konflik antara Washington dan Kabul, menurutnya penting bagi instansi keamanan kedua negara untuk "saling bertukar alat bukti." Cuma dengan itu kedua negara bisa mencegah pembebasan "teroris sesungguhnya."

Amerika Serikat Gelagapan

Amerika Serikat sebaliknya menuding ke-88 pria bertanggungjawab atas kematian 60 prajurit NATO dan 57 warga sipil Afghanistan. "Jika pemerintah benar-benar membebaskan tahanan tersebut, langkah itu akan berpengaruh negatif terhadap masa depan kedua negara," kata Senator Partai Republik dan pakar militer, Landsey Graham dalam kunjungannya di Kabul, Kamis (2/1)

Kendati begitu, John McCain, Senator Partai Republik dan bekas calon presiden AS, mengungkap harapan bahwa kesepakatan keamanan yang sejak lama diperdebatkan bakal disetujui dalam waktu dekat.

Washington khawatir, Afghanistan akan kembali dalam kekacauan berdarah setelah penarikan mundur pasukannya. Sebab itu Amerika bersikeras mendesak Kabul untuk segera menandatangani perjanjian keamanan tersebut. Kesepakatan itu membuka jalan bantuan militer Internasional dalam kasus perang saudara. Sejauh ini Presiden Hamid Karsai mengulur-ulur waktu dan menunggu hasil pemilu April mendatang.

amerikanische Senatoren
Senator Partai Republik AS, John McCain dan Landsey Graham di Kabul, Kamis (2/1)Foto: DW