1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemberontak Yaman Bantah Serang Kapal AS

13 Oktober 2016

Amerika Serikat melakukan serangan balasan terhadap pemberontak di Yaman setelah kapal perangnya diserang oleh rudal milik pemberontak. Namun kelompok Houthi di Yaman membantah tudingan tersebut.

https://p.dw.com/p/2RAph
US Kriegsschiff USS Mason der US Navy
Kapal perusak AS, USS Mason (depan) dalam manuver militer bersama angkatan laut Cina tahun lalu di Samudera AtlantikFoto: Imago/ZumaPress

Pemberontak Houthi Yaman membantah telah menyerang kapal perusak AS, USS Mason. "Tudingan itu tidak berdasar," tutur seorang perwira militer yang berafiliasi dengan pemberontak kepada kantor berita Saba milik kelompok Houthi. "Tentara pemberontak dan Komite Populer (pemberontak -red) tidak berurusan dengan serangan tersebut," imbuhnya.

Pentagon sebaliknya mengklaim kapalnya menjadi target peluru kendali sebanyak dua kali dalam empat hari. AS meyakini rudal tersebut ditembakkan dari kawasan yang dikuasai oleh pemberontak. Selain USS Mason, kapal logistik USS Ponce juga menjadi target serangan.

YEMEN-CONFLICT-SANAA-STRIKES
Serangan koalisi Arab Saudi terhadap upacara pemakaman di Sanaa pada Sabtu (8/10) menewaskan 140 warga sipilFoto: AFP/Getty Images

Sebagai reaksi, Presiden Barack Obama memerintahkan serangan balik. Hari Kamis (13/10) kapal penghancur USS Nitze menembakkan peluru kendali Tomhawk terhadap tiga radar milik pemberontak. Belum ada kejelasan mengenai korban sipil dalam serangan tersebut.

AS selama ini menyokong koalisi bentukan Arab Saudi yang berperang dengan pemberontak Houthi di Yaman dengan logistik dan informasi. Washington sendiri sebenarnya lebih fokus pada kelompok Al-Qaida yang beroperasi lintas negara antara Yaman dan Somalia.

Serangan tersebut adalah yang pertama kali dilancarkan AS secara langsung terhadap pasukan pemberontak.

Namun begitu Washington sedang mempertimbangkan buat mencabut dukungan terhadap koalisi bentukan Arab Saudi menyusul serangan udara terhadap upacara pemakaman di Sanaa, Sabtu (8/10), yang menewaskan 140 orang dan melukai 600 lainnya.

Setelah mendapat hujan kecaman dari kelompok HAM, Gedung Putih kini mengaku akan melakukan "evaluasi" untuk memastikan kerjasama militer dengan Arab Saudi berlangsung sejalan dengan "nilai, prinsip dan kepentingan AS."

rzn/yf (afp,ap)