1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembicaraan Program Nuklir Iran Berlanjut

24 Mei 2012

Pembicaraan seputar program atom Iran memasuki hari kedua. Meskipun demikian kedua pihak tetap tidak sepakat mengenai penghentian pengayaan uranium Teheran.

https://p.dw.com/p/151OX
Zweite Runde der Verhandlungen über den Atomkonflikt mit Iran am 23.05.2012 in Baghdad zwischen Vertreter der 5+1-Gruppe und der Islamischen Republik Iran Quelle: Irna
Pembicaraan program atom Iran di BagdadFoto: irna

Negosiasi di Bagdad berlanjut Kamis (25/05) meskipun proposal baru dari pihak barat dinilai pemerintah Teheran "tidak berguna“. Kelompok P5+1 yakni lima negara anggota Dewan Keamanan PBB (Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Inggris dan Cina) + Jerman menyodorkan paket baru yang meminta Iran menghentikan proyek pengayaan uranium sampai 20 persen. Pengembangan uranium dalam tingkat semacam itu dapat lebih mengundang kecurigaan adanya proses produksi senjata, walaupun Iran membantah program itu dipergunakan untuk tujuan militer. “Kami harap Iran akan kembali dengan reaksi positif terhadap proposal kami”, demikian dikatakan juru bicara Uni Eropa Michael Mann, mewakili kelompok P5+1.

Said Jalili , Vorsitzender des nationalen Sicherheitsrat Iran während der Einreise in Baghdad am 22.05.2012 zur Aufnahme der Atom-Verhandlungen Quelle: Fars
Said JaliliFoto: Fars

Iran mengklaim program nuklirnya bertujuan sipil

Meskipun demikian Iran tampaknya sudah jelas menolak permintaan tersebut. “Proposal itu tidak berisi hal baru, proposal itu tidak seimbang dan karenanya tidak berguna.” Demikian dilaporkan kantor berita IRNA berdasarkan sumber dari delegasi Iran.

Pengayaan uranium sampai 20 persen yang membuatnya mampu mendorong perubahan reaksi nuklir, dipandang sebagai indikasi bahwa Teheran berhasil melewati hambatan teknik terpenting dalam memperkaya uranium sampai 90 persen, yang merupakan tingkat pembuatan senjata nuklir.

Iran menyatakan bahwa mereka memperkaya unsur radioaktif hingga pada tingkat kemurnian yang diperlukan untuk penelitian medis. Negara ini telah berulang kali melanggar resolusi PBB sehubungan program pengayaan uranium tersebut.

DK/rtr/afp