1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembunuhan Massal Warnai Konflik Pantai Gading

4 April 2011

Pembunuhan massal di Pantai Gading dan mundurnya Westerwelle dari jabatan ketua Partai FDP menjadi sorotan pers internasional.

https://p.dw.com/p/10nMZ
Tentara pendukung Ouattara terlibat bentrokan dengan tentara pendukung GbagboFoto: picture alliance / landov

Harian Perancis Liberation mengomentari pembunuhan massal di Pantai Gading

“Menurut keterangan PBB pendukung Ouattara sebagian besar bertanggung jawab atas pertumpahan darah di Duékoué. Apakah mereka bertindak sesuai perintah atau itu gagasan mereka sendiri untuk memperoleh kembali otoritasnya? Jawaban untuk pertanyaan ini hanya dapat diperoleh melalui penyidikan internasional dan akan menunjukkan rezim apa yang dibentuk Ouattara. Ia sendiri membantah segala bentuk keterlibatan dalam pembunuhan massal ini. Tapi jika ia benar-benar seorang demokrat, ia harus menyampaikan kebenaran kepada rakyatnya tentang Duékoué.“

Harian Jerman Märkische Oderzeitung menulis

"Apa yang terjadi di barat Afrika adalah contoh pelajaran bagi ketidakpedulian barat. Di sini penduduk sipil jauh lebih menderita dibanding misalnya di Libya. Meskipun di Pantai Gading barat masih mempertahankan dasar-dasar demokratis, yakni pengakuan pemilihan umum, dunia lebih suka mencari pengalaman di utara Afrika dan disana mendukung oposisi yang tidak jelas dari dua suku yang bersaing. Mengapa? Karena nasib manusia dan pembelaan demokrasi tampaknya kurang berharga dibanding sumber minyak Libya dan pengaruh strategis di kawasan Laut Tengah.“

Pengumuman mundurnya Menlu Jerman Guido Westerwelle dari ketua partai liberal demokrat FDP menjadi sorotan harian Austria Der Standard

“10 tahun Guido Westerwelle bertahan pada jabatan ketua Partai FDP. Itu jangka waktu yang hanya menjadi impian ketua-ketua partai lainnya. FDP mengalami titik terendah bersamanya. Tapi ia juga memimpin partai itu mencapai ketinggian luar biasa dan membawanya dari keberhasilan pemilu ke kesuksesan pemilu lainnya. Untuk itu orang menghormatinya, namun tidak pernah mencintainya. Oleh sebab itu perubahan arah angin yang terjadi sangat cepat, ketika setelah pemilu Jerman Westerwelle gagal melakukan perubahan dari bangku oposisi ke kursi pemerintah. Terlalu lambat, tapi yang juga kini disadarinya: Dengan Westerwelle di pucuk pimpinan, belakangan ini FDP lebih banyak mendapat kerugian daripada manfaat.”

Sementara harian Luksemburg Luxemburger Wort berkomentar

“Akhirnya tinggal melarikan diri ke depan. Guido Westerwelle yang memimpin partainya sejak 10 tahun, harus mengakui bahwa FDP selama beberapa bulan terakhir dalam pemilu negara bagian dengan pengecualian Hamburg, mengalami kekalahan demi kekalahan. 18 bulan setelah kemenangannya dalam pemilu Jerman, partai liberal Jerman itu terperosok dalam krisis. Sebagai ketua partai Westerwelle terutama harus menerima tuduhan-tuduhan, dimana ia tidak memanfaatkan bonus kepercayaan ini untuk mengikat secara jangka panjang para pemilih agar tetap memilih FDP. Bahkan dalam jabatan yang meraih banyak publisitas sebagai menteri luar negeri, Westerwelle tidak menampilkan sosok yang baik, melainkan mendulang banyak kritik. Ini saatnya untuk pergantian generasi.”

Dyan Kostermans/dpa/AFP

Editor: Hendra Pasuhuk