1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

170310 DDR Wahlen Jahrestag

17 Maret 2010

Sebelumnya hanya ada satu partai dominan di DDR, yaitu Partai Kesatuan Sosialis Jerman, SED. Kini wakil dari 34 partai dan gerakan yang tampil sebagai kandidat.

https://p.dw.com/p/MVNj
Simbol DDR di Tembok Barat gedung parlemen rakyat, Istana Republik Jerman Timur.Foto: picture-alliance/ dpa
Bagai terdobrak sudah sebuah jendela. Begitu seruan penulis Stefan Heym di musim gugur 1989 yang disambut ratusan ribu orang di lapangan Alexanderplatz Berlin. Beberapa bulan sesudahnya angin segar revolusi damai meniupkan pemilihan umum parlemen rakyat pertama dan yang terakhir di Republik Demokratik Jerman yang mulai terbenam.

Warga Jerman Timur, yang sebelumnya baru melihat kampanye pemilu di televisi Barat, tiba-tiba menjadi bagian dari sebuah pemilihan bebas.

"Kami tidak terlalu tahu siapa yang harus dipilih pada 18 Maret ini/ Kadang saya terperangah melihat macam-macam ide yang dimunculkan/ Saya tidak terbiasa, dan rasanya memang cara beberapa partai mempresentasikan diri itu sedikit aneh.“

Dulu hanya ada satu partai dominan, yaitu Partai Kesatuan Sosialis Jerman, SED. Sekarang yang tampil sebagai kandidat adalah wakil dari 34 partai dan gerakan. Mulai dari partai2 yang tergabung dalam Aliansi untuk Jerman hingga partai kecil seperti Partai Peminum Bir, yang dalam pemilu hanya meraih 0,03 persen suara.

Dari negara yang secara politik paling membosankan, Jerman Timur menjadi panggung demokrasi yang penuh warna. Stefan Hilsberg dari Partai Sosial Demokrat, SPD - Timur, yang terpilih sebagai anggota parlemen menggambarkan perasaannya. "Keberhasilan kami merealisasi pemilihan ini dan juga untuk bisa berpartisipasi, betul-betul membuat gembira. Hal ini terlihat di wajah orang-orang. Mereka tampak seperti tiba-tiba bisa memiliki apa yang sebenarnya sudah diinginkannya dari dulu.“

93 persen warga Jerman Timur yang berhak memilih memberikan suaranya dalam pemilihan parlemen itu. Jumlah persentase yang tidak pernah dicapai sesudahnya. Dan hasilnya mengejutkan, SPD yang diperkirakan akan tampil sebagai favorit hanya mendapatkan 22 persen suara. Sedangkan jumlah suara yang diraup Aliansi untuk Jerman dua kali lipat banyaknya.

Menurut kandidat utama Aliansi untuk Jerman, Lothar de Maiziere dari partai Kristen Demokrat, CDU, di Jerman Timur ada tiga arus politik setelah runtuhnya tembok pemisah dengan Jerman Barat. Yang pertama, bahwa kini sosialisme bisa dijalankan dengan benar. Yang kedua adalah gerakan masyarakat yang memimpikan sebuah Jerman Timur yang adil, anti perang dan pro lingkungan hidup. Kemudian kelompok terbesar yang menginginkan persatuan Jerman kembali, seperti yang disuarakan Kanselir Jerman Barat saat itu, Helmut Kohl dari partai CDU.

Dalam kampanye pemilu, CDU dan SPD di Jerman Timur mendapatkan dukungan besar dari mitranya di Jerman Barat. Sementara Partai Demokratik Sosialis, PDS yang lahir dari partai SED terdesak ke bangku oposisi.

Pilihan rakyat Jerman Timur tegas, dan pada malam 22 Agustus menjelang 23 Agustus 1990, Parlemen Rakyat memutuskan bahwa Jerman Timur akan bergabung dengan Republik Federal Jerman. Ketua Fraksi PDS, Gregor Gysi menjelaskan, "Parlemen baru saja menyatakan tidak lebih dan tidak kurang bahwa 3 Oktober 1990 adalah hari runtuhnya Republik Demokratik Jerman, DDR.“

Untuk keputusan itu, dari 400 anggota parlemen rakyat Jerman Timur, 294 anggota memberikan suara ya dan hanya 62 suara yang menolak.

Bernd Gräßler / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk