1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu di Kamerun Sepertinya Tidak Akan Bawa Perubahan

8 Oktober 2011

9 Oktober ini warga Kamerun akan memilih presiden baru. Sepertinya, presiden baru adalah presiden lama yang telah berkuasa selama hampir tiga dekade.

https://p.dw.com/p/12oNN
ELECAM komite pemilu KamerunFoto: Dr. Dirke Köpp

Paul Biya telah berusia 79 tahun. Tetapi Presiden Kamerun ini belum mau pensiun. Sebaliknya, 9 Oktober ini, Biya untuk keenamkalinya berturut-turut mencalonkan diri sebagai presiden negaranya. Dan sepertinya ia akan kembali menang.

Saat Biya tahun 1982 untuk pertama kalinya menjadi presiden, warga Kamerun merayakannya sebagai 'pembaharu', sebagai harapan besar setelah selama bertahun-tahun berada di bawah kekuasaan otoriter pendahulunya Ahmadou Ahidjo. Namun, 29 tahun kemudian Biya mengecewakan para pendukungnya.

"Dimana Sang Presiden?"

Sang pembaharu berubah menjadi sosok yang tidak pernah tampak. Warga Kamerun telah berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu tidak mendengar darinya. Dan media cetak bertanya ironis : 'Dimana sang presiden?' Menurut sumber yang berbeda-beda, Biya sejak bertahun-tahun tidak mengikuti sidang Uni Afrika maupun sidang kabinet di negaranya sendiri. Ia lebih senang bersantai di salah satu hotel mewah di Swiss. Demikian gosip yang beredar.

Tetapi dengan atau tanpa kehadirannya, Biya tidak perlu khawatir akan hasil pemilihan hari Minggu (9/10). Karena pihak oposisi terbelah. Bukannya sepakat dengan satu kandidat, mereka mengirim 22 kandidat untuk memperebutkan jabatan presiden ke pemilihan dengan sistem satu putaran.

 "Oposisi Tidak Punya Kesempatan"

Kah Walla adalah kandidat dari Cameroon People's Party dan satu dari hanya dua perempuan yang bersaing dengan Biya. Menurutnya, pihak oposisi tidak punya kesempatan nyata. Ia mengatakan, "20 Mei di hari raya nasional, lima atau enam partai oposisi dilarang untuk tampil di hadapan publik". Ia sendiri yang melanggar peraturan, dibawa secara paksa oleh pasukan pemerintah keluar dari kota Yaounde.  

Seperti pihak oposisi lainnya, Kah Walla juga mengkhawatirkan penipuan dalam pemilihan yang menguntungkan Presiden Biya. Tidak ada peraturan jelas yang mengatur pemilihan. Sejak 15 tahun lalu, pemerintah berjanji untuk membentuk dewan konstitusi dan senat. Beberapa waktu lalu, dewan konstitusi ditunjuk sebagai badan yang akan mempublikasikan hasil pemilu. Tetapi karena badan ini tidak eksis, pengadilan tertinggi lah yang akan mempublikasikannya.   

Tujuh Tahun Lalu Hanya 40 Persen Warga Memilih

Bagi banyak warga Kamerun, pemilihan sudah diputuskan sebelumnya. Pemenangnya adalah presiden lama. Dalam pemilihan presiden tujuh tahun yang lalu, hanya 40 persen dari warga yang berhak memberikan suara. Hal yang memalukan bagi pemerintah. Karena itu kali ini digelar iklan besar-besaran dan menjamin keuntungan finansial bagi pemilih. Sehingga, kini terdaftar 7,5 juta pemilih. Jumlah yang diragukan pihak oposisi. 

Tetapi pihak yang mendaftar pun belum tentu akan memberikan suaranya. Seperti pria yang berasal dari ibukota Yaounde ini : "Saya memang mendaftar. Tetapi saya tidak akan memilih. Apa gunanya memilih jika hasilnya sudah jelas?".

Bagi pakar politik Mathias Eric Owona Nguini, ini ada hubungannya dengan kurangnya kepercayaan terhadap pemerintah. Namun, ia juga menegaskan, oposisi yang terpecah dan tidak memiliki konsep, tidak memudahkan situasi bagi warga Kamerun untuk memastikan perubahan di negaranya.

Dirke Köpp / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Carissa Paramita