1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Kenya Berlangsung Relatif Damai

Maja Braun5 Maret 2013

22 orang tewas dalam bentrokan berdarah, sebelum pembukaan TPS di Kenya Senin (04/3). Meski begitu rakyat Kenya tidak terintimidasi dan berduyun-duyun memberikan suaranya.

https://p.dw.com/p/17qpp
Foto: DW/ M. Braun

Senin (04/3) di Kenya, menjelang Magrib. Lebih dari 20 orang pembantu pemilu, wakil partai dan pemantau pemilu dengan seksama mengikuti penghitungan kartu suara. Tempat pemungutan suara, TPS, di sekolah dasar Bora di Nairobi tutup tepat waktu. Di sejumlah tempat, orang masih mengantri panjang ketika senja menyelimuti lokasi-lokasi TPS.

Sekitar 70% dari populasi Kenya yang berhak memilih berpartisipasi dalam pemilihan umum 2013. Banyak warga sudah sejak Subuh pergi dari rumah untuk memberikan suaranya. Beberapa orang bahkan sengaja bermalam di lokasi sebelum TPS dibuka. Namun terjadi kesulitan di beberapa tempat dan banyak juga yang pergi dulu untuk kembali di siang hari. Seorang perempuan muda mengomel, "Aduh kacau sekali, kami tak tahu harus mengantri di mana“

Wahlen in Kenia Odinga-Anhänger
Foto: DW/M. Braun


Mengantri Dengan Sabar


Di luar ibukota, Kenya, alat identifikasi elektronik seringkali tak bisa digunakan karena tidak ada listrik. Namun tersedia daftar panjang nama pemilih beserta foto berwarnanya.

Warga Kenya menghadapi berbagai masalah ini dengan sabar. Seorang wanita setengah baya mengaku butuh 8 jam untuk memberikan suaranya. "Empat jam hanya untuk mengantri dari gerbang masuk hingga kantor pemilu“. Seorang lelaki mengomentari buruknya perencanaan pemilu itu. Tambahnya. "Tapi saya bangga telah memberi suara“.

Setiap pemilih berhak memberikan enam suara. Warna kartu suara berbeda-beda untuk memilih presiden, parlemen, senat, pemerintah daerah dan wakil perempuan. Hal ini sempat membingungkan, namun para petugas pemilu menerangkan dengan baik ke kotak mana setiap kartu harus dimasukkan.

Kenia Wahlen Uhuru Kenyatta
Uhuru Kenyatta memilihFoto: Getty Images

Pemilih menilai tidak ada manipulasi


Selain pembaruan proses, perhatian juga ditujukan pada upaya menghindari bentrokan, yang pada hari pemilu hal ini berhasil dengan baik.

Seorang pemilih di kawasan kampung Kibera mengatakan: "Saya tidak merasa terjadi manipulasi di sini.“ Seorang penduduk lainnya mengkonfirmasi pandangan bahwa pemilu berjalan seperti seharusnya, tidak seperti pemilu-pemilu sebelumnya: "Pada pemilu terakhir banyak orang berlaku kasar, tapi kali ini semua orang sangat sopan."

Pujian terhadap pemilu juga datang dari tim-tim pemantau nasional dan internasional. Alojz Peterle, ketua tim pemantau pemilu dari Uni Eropa mengatakan, "meski banyak antrian panjang, pemilunya sendiri diselenggarakan dengan baik“. Peterle berharap bahwa suasana damai itu bisa dijaga hingga akhir proses pemilu."

Kenia Wahlen Stim­men­aus­zäh­lung
Foto: Reuters


Hasil pemilu di televisi


Banyak pemantau menilai, fase kritis pemilu akan terjadi setelah penutupan TPS. Karenanya Komisi pemilu yang independen itu berusaha untuk meningkatkan transparansi.

Sejak penghitungan dimulai semua stasiun televisi menyiarkan laporan dari kantor pusat pemilu di Nairobi, sehingga rakyat bisa langsung mengikuti setiap perubahan angka hasil penghitungan. Ketua Komisi Pemilu, Isaac Hassan berulang kali menekankan, angka yang dilihat merupakan hasil sementara. Hasil akhir baru akan diumumkan setelah semua kartu suara diperiksa.

Kenia Wahlen Raila Odinga
PM Raila Odinga di TPSFoto: Reuters

Menunjuk pada Mombasa dan Kilifi, yang sempat mengalami bentrokan dan korban tewas, Isaac Hassan menekankan bahwa jumlah pemilihnya sangat banyak. Yang menurutnya menunjukkan bahwa warga Kenya ingin memutuskan arah masa depannya.


Kenyatta Di Depan


Menurut penghitungan saat ini, Wakil Perdana Menteri Uhuru Kenyatta meraih lebih dari 54 persen suara. Sedangkan PM Raila Odinga meraih 41 persen. Di Kenya ada 32.000 TPS dan belum semua kartu suara selesai dihitung. Hingga hitungan itu selesai, masyarakat menunggu dengan tegang.