1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemimpin Liberia Ellen Johnson-Sirleaf

7 Oktober 2011

Johnson-Sirleaf adalah perempuan pertama yang menjadi presiden negara di Afrika. Ia dinilai telah berhasil mengakhiri perang saudara yang telah berkecamuk selama 13 tahun itu di negara itu.

https://p.dw.com/p/12o22
Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf(AP Photo/Richard Drew)
Presiden Liberia Ellen Johnson SirleafFoto: AP

Ellen Johnson-Sirleaf adalah perempuan pertama dan satu-satunya hingga saat ini yang menjadi presiden negara Afrika. Mama Ellen, begitu ia akrab dipanggil, sudah lama tampil dalam kancah internasional. Karir ekonom berusia 72 tahun itu melejit. Diawali dengan beasiswa studi ilmu ekonomi di Universitas Harvard, Amerika Serikat yang membuka jalan karir di Bank Dunia dan PBB. Johnson-Sirleaf dikenal sebagai politisi keuangan yang tegas. Tidak heran, ia kemudian dijuluki "Wanita Besi". Lurus hati, keras, dan gigih. Memang itulah yang diinginkan dari seseorang yang ingin berkarir di bidang politik.

Pahlawan Pembangunan Kembali

Menteri Bantuan Pembangunan Jerman Dirk Niebel dan Presiden Liberia Ellen Johnson-Sirleaf di Monrovia.
Menteri Bantuan Pembangunan Jerman Dirk Niebel dan Presiden Liberia Ellen Johnson-Sirleaf di Monrovia.Foto: DW

Karir Ellen Johnson-Sirleaf berada pada puncaknya ketika terpilih sebagai presiden Liberia tahun 2006. Tidak mudah menjadi presiden di negara yang baru saja mengakhiri perang saudara selama 14 tahun itu. Rakyat Liberia menderita trauma, tidak terhitung lagi berapa perempuan yang diperkosa, infrastruktur dirusak, tidak ada listrik dan air bersih. Ellen Johnson-Sirleaf paham betul, rakyatnya hanya mengenal kehancuran. Mama Ellen-lah yang mengembalikan pandangan rakyat terhadap adanya masa depan. Ia adalah perempuan yang berhasil memotivasi perempuan lain untuk ikut andil dalam politik, seperti yang dikatakan Betty Arsen, seorang penjual di Monrovia. "Kami memilih Madam Sirleaf dengan harapan, ia akan membantu kaum perempuan."

Mama Ellen sudah mencapai banyak hal dalam periode pertama pemerintahannya. Johnson-Sirleaf muncul dengan janji kampanye, "Nol toleransi terhadap korupsi". Ia berhasil mendapatkan pembebasan pajak negara senilai empat miliar dollar AS. Ia meyakinkan investor untuk menanam modal di Liberia yang kaya bahan mentah. Larangan ekspor intan dan kayu mutu tinggi di Liberia dicabut pada masa pemerintahan Johnson-Sirleaf.

Hadiah Nobel Di Tengah Kampanye

Tidaklah lengkap hidup jika tidak menemui batu rintangan. Laporan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Liberia menuduh Ellen Johnson-Sirleaf mendukung penjahat perang Charles Taylor pada dasawarsa 1980-an. Sirleaf menyangkal tudingan itu. Katanya, ia sudah tidak mendukung Taylor ketika kejahatan Taylor terbongkar.

Hari penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian di Oslo menjadi saat-saat yang kritis untuk Ellen Johnson-Sirleaf. Sirleaf sedang menjalani kampanye pemilihan presiden untuk periode kedua. Selasa (11/10), digelar pemilihan umum di Liberia. Dikhawatirkan, Hadiah Nobel Perdamaian untuk Johnson-Sirleaf bisa mempengaruhi hasil pemilu.

Stefanie Duckstein/Luky Setyarini

Editor: Christa Saloh