1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

250511 Iran Opposition

26 Mei 2011

Sejak 100 hari lalu pemimpin oposisi Iran Mussavi dan Karrubi berada dalam tahanan rumah. Di luar negeri, oposisi Iran terpecah belah dan tak bisa memenangkan perhatian masyarakat dunia.

https://p.dw.com/p/11OSA
Mir Hossein Mussawi dab Mehdi KarrubiFoto: kalame

Mir Hossein Mussawi dan Mehdi Karrubi adalah pemimpin Gerakan Hijau di Iran, gerakan protes yang lahir sebagai reaksi atas hasil pemilihan presiden tahun 2008. Sejauh ini penguasa Teheran mengabaikan seruan agar keduanya dibebaskan, termasuk lewat petisi yang diajukan tokoh-tokoh politik bahkan imam-imam besar.

Di luar Iran, nasib kedua pepimpin oposisi itu jarang diberitakan. Ini terkasit sikap gerakan protes Hijau yang menahan diri, kata Ali Honary. Mantan aktivis mahasiswa Iran ini bermukim di Belanda dan lebih dari satu dekade meneliti gerakan sosial dan protes politik di tanah airnya.

“Pendukung gerakan hijau skeptis bisa menarik perhatian masyarakat di luar Iran, atau mereka tidak tahu caranya. Padahal orang harus mendapat perhatian masyarakat dunia lebih dahulu untuk dapat memobilisasi tekanan internasional," papar Ali Honary.

Mojtaba Vahedi, penasehat Karrubi, sampai tahun 2008 menjabat sebagai pemimpin redaksi koran berorientasi reformasi di Iran, dan kini bermukim di Amerika Serikat. Vahedi skeptis terhadap media luar negeri. “Sejujurnya, kami tidak percaya pada media dan politisi luar negeri. Mereka mengubah pandangannya jika perlu, bahkan bersedia berunding dengan pemerintah Iran. Belum lama ini seorang politisi Jerman bertemu Ahmadinejad di Teheran, untuk membebaskan dua warga Jerman. Bagaimana Jerman mau menekan Iran?"

Mojtaba Vahedi menunjuk pada kunjungan Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle bulan Februari, dan perrtemuannya yang dipermasalahkan dengan Presiden Mahmud Ahmadinejad. Ketika itu Westerwelle berhasil membawa pulang dua jurnalis Jerman yang ditahan di Iran selama lebih dua bulan.

Mantan aktivis Ali Honary punya pandangan lain. Pendukung Gerakan Hijau yang hidup di luar negeri seharusnya lebih terarah dalam menarik perhatian interasional. “Di luar negeri kita punya kelompok-kelomok politisi oposisi, yang puluhan tahun hidup di eksil. Mereka mengenal peta media dan politik di sana. Jika mau, mereka bisa menyita perhatian publik dan menetapkan tujuan mereka sendiri. Contohnya Sakineh Mohammadi."

Kasus perempuan Iran Sakineh Mohammadi Ashtiani adalah contoh bagus bahwa strategi ini berfungsi, maksud Honary. Ashtiani dihukum rajam karena dituduh berzina. Aktivis Iran di luar negeri mengorganisir kampanye global baginya dan dengan begitu membuat Iran berada di bawah tekanan. Hukuman mati diubah menjadi penjara 10 tahun.

Tetapi dalam kasus kedua pemimpin oposisi, sikap para politisi Iran di eksil terpecah. Banyak pendukung oposisi di luar negeri yang tidak mendukung Mir Hossein Mussawi dan Mehdi Karrubi, kata Ali Honary. "Ada aktivis yang karena sikap kritis mereka terhadap Republik Islam, juga ingin menjaga jarak dengan Mussawi dan Karrubi. Sebagian malah menentang mereka."

Bagi Brahman Nirumand, jurnalis dan pengarang Iran-Jerman, masalahnya bukan menyangkut pribadi. Menurut dia, oposisi harus bersatu jika ingin membuat perubahan di Iran. "Perhatian dunia terpaku pada program nuklir Iran dan bukan pada pelanggaran HAM. Itu yang harus kita ubah. Itu tugas semua rakyat Iran. Dunia harus tahu bagaimana orang yang mengkritik dan punya pendapat berbeda diperlakukan di Iran."

Shabnam Nourian/Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk