1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Japan Nahrungsmittel Radioaktivität

18 April 2011

Akibat kecelakaan atom di PLTN Fukushima dan bocornya paparan unsur radioaktif ke lingkungan sekitarnya, sejumlah negara kini menetapkan larangan impor makanan dari Jepang.

https://p.dw.com/p/10vi2
Gambar simbol unsur radioaktifFoto: AP Graphics

Pemicu pelarangan adalah ketakutan akan bahaya dari konsumsi makanan yang tercemar radioaktif. Salah satu dampak merugikan bagi kesehatan adalah dapat munculnya penyakit kanker.

Beberapa jenis sayuran dan produk susu sapi dari kawasan pada radius hingga 100 km dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang mengalami bencana, diketahui sudah terkontaminasi unsur radioaktif. Terutama yang tercemar adalah bayam, kol, brokoli serta sayuran yang amat digemari di Jepang, Komatsuna. Mengapa jenis-jenis sayuran itu yang paling terkontaminasi partikel radioaktif?

Pakar radioaktifitas pada tanaman dan bahan pangan dari Institut Max Rubner di Kiel, David Tait mengatakan, jenis sayuran itu paling tercemar karena memiliki daun atau permukaan yang cukup lebar. Semakin lebar permukaan sayurannya, semakin banyak partikel radioaktif yang menempel, begitu logikanya.

Dilaporkan bayam dari Prefektur Ibaraki, sekitar 100 km dari Fukushima, menunjukkan nilai cemaran isotop Yodium 131 sebesar 55.000 Becquerel. Nilai ambang batas aman paparan isotop Yodium 131 sesuai standar Jepang adalah 2.000 Becquerel per kilo sayuran. Orang awam tentu saja mengajukan pertanyaan, seberapa besar ancaman bahayanya? Satuan pengukuran Becquerel yang digunakan untuk mengukur beban cemaran radioaktif pada bahan pangan, hanya menunjukkan, seberapa banyak peluruhan atom isotop radioaktif per detiknya. Dari data tersebut hanya diketahui bahwa nilainya ribuan kali di atas ambang batas aman.

Sedangkan dosis paparan energi yang menimbulkan dampak beban radiasi pada tubuh manusia, diukur dengan satuan Sievert per jam. Dosis alami paparan radiasi yang aman bagi orang dewasa sesuai standar Jerman adalah rata-rata tiga milisievert per tahunnya. Jika seorang dewasa mengkonsumsi 500 gram bayam yang tercemar isotop Yodium 131 sebesar 55.000 Becquerel, berarti ia menerima dosis efektif radiasi senilai 0,55 milisievert. Paparan radioaktif secara tidak langsung lewat bahan makanan, kemungkinan dapat memicu dampak negatif pada kesehatan setelah jangka waktu bertahun-tahun atau berpuluh tahun. Paparan isotop Yodium diketahui dapat memicu munculnya kanker kelenjar getah bening.

Isotop Yodium 131 yang memiliki waktu paruh hanya delapan hari, pada prinsipnya sebagian dapat dihilangkan dengan cara dicuci menggunakan air. Yang lebih berbahaya adalah cemaran isotop Cesium 134 dan 137 yang memiliki waktu paruh 30 tahun. Saat ini, khususnya di Eropa muncul sengketa mengenai keamanan bahan pangan, berkaitan dengan penetapan standar ambang batas aman terhadap paparan unsur radioaktif Cesium. Misalnya saja, standar ambang batas aman bagi ikan di Jepang adalah 600 Becquerel per kilo, sementara di Eropa lebih dari dua kali lipatnya, yakni 1250 Becquerel per kilo.

Juru bicara Komisaris Kesehatan dan Perlindungan Konsumen Uni Eropa, Frederic Vincent, menegaskan, "Komisi tidak menaikkan ambang batasnya. Komisi berlandaskan aturan tahun 1987 yang disepakati setelah bencana atom Chernobyl. Ini menetapkan ambang batas aman bagi paparan radiasi berbagai jenis bahan makanan."

Beban pencemaran unsur radioaktif Cesium yang terserap oleh tubuh, dalam jangka panjang adalah dapat memicu kanker darah. Selain itu, Cesium akan bertindak menggantikan unsur Kalium dalam tulang, serta memancarkan radiasi yang merusak jaringan serta otot. Uni Eropa sejauh ini juga belum mengatur ambang batas aman bagi paparan unsur radioaktif lainnya dari reaktor atom yang mengalami bencana, yakni Plutonium dan Strontium.

Memang sejauh ini masih muncul silang sengketa, menyangkut dampak negatif paparan unsur radioaktif yang terjadi secara tidak langsung, yakni melalui konsumsi makanan yang tercemar radioaktif. Karena yang dapat diperkirakan adalah kemungkinan dampaknya. Dalam arti seberapa besar kemungkinannya, setelah mendapat dosis tertentu paparan radioaktif dari makanan dalam waktu tertentu pula, untuk menderita penyakit akibat radiasi. Kemungkinan gejala penyakit yang dapat muncul antara lain, kemandulan, gangguan pada lensa mata, penyakit kanker atau juga cacat pada anak yang dilahirkan.

Pakar radioaktifitas pada tanaman dan bahan pangan dari Institut Max-Rubner di Kiel, David Tait, juga menegaskan, cara kontaminasi utama isotop radioaktif adalah dengan menghirupnya langsung dari udara. Dan amat jarang lewat rantai makanan. Akan tetapi juga ditunjukkan, cemaran isotop Cesium dari Chernobyl, 25 tahun setelah kecelakaan, masih terdeteksi dalam kadar tinggi pada beberapa jenis jamur di Jerman. Menimbang ancaman bahaya jangka panjangnya, Menteri Perlindungan Konsumen Jerman Ilse Aigner kini menetapkan aturan ketat bagi impor bahan pangan dari Jepang.

Bahaya bahan pangan yang tercemar unsur radioaktif, kini menjadi tema perdebatan hangat. Pasalnya para pakar juga tidak berani menetapkan secara pasti, bakal munculnya dampak kesehatan yang merugikan. Semua merupakan prakiraan dan kemungkinan. Tapi sebagai tindakan antisipasi, sejumlah negara telah menetapkan penghentian dan larangan impor bahan pangan dari kawasan bencana atom di Jepang. Ancaman bahaya radioaktif memang tidak terlihat, tidak terasa dan tidak tercium, namun dapat berdampak fatal dalam jangka panjang.

Judith HartlAgus Setiawan

Editor: Carissa Paramita