1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pendekar Kali Pesanggrahan

23 Februari 2011

Pencegahan banjir di Jakarta bisa dimulai dari perbuatan seorang pendekar lokal bernama Bang Idin.

https://p.dw.com/p/10OVG
JakartaFoto: AP

Idin tak bisa terbang seperti Superman atau meloncat lincah ke sana-sini seperti Spiderman. Tapi, Bang Idin yang punya nama asli Chaerudin adalah penyelamat bagi ribuan pohon yang berada di bantaran Kali Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Kali Pesanggrahan, satu dari 13 kali di Jakarta yang telah tercemar limbah, dengan bantaran yang kumuh. Tapi, puluhan tahun, lelaki berkumis melintang, ini menyulap daerah bantaran Kali Pesanggrahan yang semula penuh sampah menjadi hutan produktif. Bila ada yang berniat membuang sampah sembarangan atau merusak pohon di bantaran sekitar 40 hektar, maka mereka harus menghadapi pendekar yang satu ini.

Chaerudin alias Bang Idin, menolakkan pinggang sambil memandang ke arah aliran Kali Pesanggrahan, di Kawasan Jakarta Selatan yang telah bersih dari sampah. Pria separuh baya, ini bergaya bak pendekar Betawi; golok diselipkan di sabuk, celana komprang dan peci di kepala.

Hutan yang Rimbun

Burung-burung terus berkicau dari rimbunan hutan produksi hasil tangan Bang Idin di bantaran Kali Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Di lahan seluas 40 hektar, ia tanam lebih dari 60 ribu tanaman buah dan pohon langka seperti Buni, Jamblang, Kirai, Mandalka, Krowokan, dan Bisbul. Penanaman sejak dua puluh tahun lalu, dimana isu lingkungan belum santar didengar orang. Saat itu, ia gelisah proses pembangunan justru merusak lingkungan: "Ya, orang membangun jangan seenak jidatnya saja. Jadi yang namanya Mall, Jalan Layang, mobil bagus-bagus, hotel tinggi-tinggi, itu udah membangun namanya. Ya, sekarang sih orang boleh ngomongin Green-Green, Hijau. Tapi 20 tahun lalu, siapa yang mau ngomongin kayak gini, hayuh. Ya, saya judulnya kesal, kalau membangun itu dilihat dari segi untung.

Dulu, Bantaran Kali Pesanggrahan kumuh, tak terurus. Sampah dan limbah berserakan di aliran kali dan bantaran. Bertahun-tahun tanpa digaji, Bang Idin banting tulang melakukan konservasi hutan di bantaran Kali Pesanggrahan telah menuai hasil. Pada 1998, ia dirikan kelompok Tani Sangga Buana.

Kelompok Tani Sangga Buana

Kesadaran pentingnya melestarikan hutan membuat Syahril bergabung dalam kelompok Tani Sangga Buana. Dengan keahliannya bercocok tanam dan mengetahui seluk-beluk hutan dibantaran kali Pesanggrahan, Syahril rela berbagi ilmu meski umurnya mendekati 75 tahun:"Wilayah kita kalau bukan yang jaga siapa? saya kira kalau orang lain bakalan repot, paling mau yang jaga elo mau gaji berapa? kira-kira seperti itu, kalau kitakan bisa dibilang relawan boleh karena berada diwilaayah kita dan demi pelstarian demi kampung kita dan bukan untuk saya sendiri, kira-kira begitulah."

Bersama kelompok ini, Bang Idin bisa konservasi hutan, hingga ribuan kepala keluarga di kawasan Kali Pesanggrahan bisa menikmati hasilnya. Tokoh masyarakat di bantaran Kali Pesanggrahan, Otik: "Hasilnya banyak sekali, untuk orang kampung saya sayur asem misalnya bikin bisa dan jual kagak dah. Manfaat lainnya pohonan yang menghasilkan buah banyak sekali dan jumlahnya ribuan pohon, termasuk jambu, mangga, nangka dan rambutan disini sudah sering berproduksi.Kalau ini sekarang kita ngak jual sih ada belum mempunyai seseorang dan anggap saja ini punya rame-rame dan dinikmati ramai-ramai juga dan kalau datang musimnya ya dimakan saja."

Warga di Kali Pesanggrahan juga beternak ikan. Mereka bisa memanen Ikan Mas, Mujair atau Gurame sebanyak satu ton dalam seminggu. Hasil panen ikan yang dibudidayakan secara bersama-sama juga bebas untuk dikonsumsi langsung atau dijual.

Terkenal ke Mancanegara

Keberhasilan hutan konservasi buah tangan Bang Idin terdengar ke penjuru dunia, seperti Amerika, Inggris dan Jepang. Aktivis lingkungan dari negara-negara itu bertandang ke hutan konservasi Bang Idin. Mereka berguru pada Bang Idin, bagaimana mengelola hutan konservasi dengan semangat kearifan lokal: Ada yang di Inggris, Wales, Amerika dan Jepang ya support dan dinegara dia pengennya juga kayak gini gitu. Mereka datang dan pulang lagi mereka juga mengakui bahwa kekurangan cara pembangunan Negara-negara dia juga belajar dari sosok bang Idin,dan ketertarikan dia bahwa satu filosofi membangun dengan kearifan dan tidak sekedar financial dan fisik, dimana alam ini bukan titipan nenek moyang tapi untuk anak cucu"

Hutan konservasi buah tangan Bang Idin bersama Kelompk Tani Sangga Buana kini menjadi hutan tropis percontohan di tengah kota. Tanpa bantuan dana Pemerintah Daerah, kelompok ini bisa menuai keberhasilan dalam bidang konservasi hutan.

Muhamamd Irham

Editor : Ayu Purwaningsih