1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pendiri Wikileaks Diburu Interpol

1 Desember 2010

Bukan karena publikasi dokumen rahasia AS di internet yang sejak beberapa hari ini membuat dunia tegang. Swedia mengajukan permohonan kepada Interpol untuk menangkap Assange dengan tuduhan melakukan perkosaan.

https://p.dw.com/p/QMnn
Julian AssangeFoto: picture-alliance/dpa

Organisasi polisi kriminal internasional, Interpol, mengeluarkan perintah penahanan global terhadap Assange, salah satu pendiri Wikileaks. Situs kontroversial itu menyebabkan badai di seluruh dunia dengan publikasi pesan dan dokumen rahasia dari misi-misi diplomatik Amerika Serikat di internet.

Interpol menyatakan, Julian Assange dicari oleh Swedia untuk ditanyai tentang kasus dugaan perkosaan dan penganiayaan terhadap dua perempuan. Assange mambantah tuduhan tersebut. Ia menduga ada plot yang disusun pemerintah AS di balik tuduhan itu.

Assange, seorang hacker komputer, disebut-sebut menjalani hidup layaknya seorang agen rahasia. Ia menghindari bermalam di tempat yang sama, dan menghabiskan sebagian besar waktunya di Inggris serta Swedia. Namun belakangan ini ia seperti menghilang ditelan bumi. Lokasi keberadaannya tidak diketahui.

Hari Minggu lalu (28/11), dalam sebuah rekaman video, ia membela manuver terbarunya, yaitu publikasi 250.000 dokumen diplomatik rahasia. "Tren umum untuk akuntabilitas militer AS menguatirkan. Namun untunglah masih ada orang baik-baik di pemerintahan AS dan beberapa di antara mereka ingin mengubah banyak hal."

Assange menyatakan juga termasuk dalam kelompok baik-baik. Dalam berbagai wawancara, pria 39 tahun itu berulangkali menekankan bahwa ia ingin mencapai etos perusahaan yang lebih baik. Keberadaan Wikileaks adalah untuk memasukkan lebih banyak kebebasan dan etika dalam kapitalisme, kata Assange.

Namun sementara ini banyak yang meragukan keaslian tujuan mulia Wikileaks. Sejumlah anggota pendiri Wikileaks berselisih pendapat dengan Assange, menyatakan keluar dari proyek tersebut dan merencanakan prakarsa baru.

Sejumlah negara menanggapi resmi publikasi dokumen rahasia Wikileaks. Kuwait membantah laporan bahwa menteri dalam negerinya mengatakan tidak mau melihat warga Kuwait yang ditahan di Guantanamo kembali ke tanah air dan menyarankan bahwa yang paling baik adalah mengenyahkan mereka.

Pakistan membantah dokumen yang menyebutkan negara itu menjalin kesepakatan diam-diam dengan pemerintah AS, mengenai serangan militer AS di wilayah suku-suku di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan. Wikileaks mengutip kawat rahasia yang dikirim mantan Dubes AS di Islamabad, Anne Patterson, bahwa Perdana Menteri Yusuf Raza Gilani berjanji untuk mentolerir serangan-serangan itu.

Sementara itu, pemerintah Australia, yang bersama pemerintahan lain di seluruh dunia mengecam publikasi kawat diplomatik rahasia oleh Wikileaks, mengkonfirmasi bahwa Julian Assange adalah pemegang paspor Australia. Jaksa Agung Robert McClelland mengatakan hari Senin (29/12), Australia mendukung penuh upaya yang dipimpin AS untuk menempuh jalur hukum terhadap Wikileaks.

Ibu Julian, Rabu ini (01/12) mengatakan, ia tidak ingin putranya diburu. Christine Assange mengatakan kepada ABC, ia merasa seperti yang akan dirasakan ibu manapun, sangat kuatir bahwa anaknya dicari pihak berwenang. Ia putra saya dan saya mencintainya dan tentu saja saya tak ingin dia diburu dan dipenjara, kata Christine di rumahnya di Queensland, Australia.

Renata Permadi/ afp/rtr

Editor: Hendra Pasuhuk